Hujan
Hujan membuat hatiku gundah, hujan bikin pengen makan banyak,
pemgen tidur dan lain2. Zaman masih kecil kami sangat suka kalo hujan turun.
Rumah kami memang sdh terbilang modern jika dibandingkan dengan rumah lain di
kampung, atapnya terbuat dari seng dan temboknya dari batu batu pilihan.
Orangtuku sdh punya misi yang jelas ketika membangun rumah ini, mereka pengen
rumah ini bertahan dalam waktu yang lama sampai semua anak mentas, dan memang
kenyataannya demikian. Rumah tua itu sampai sekarang masih berdiri kokoh,
temboknya masih bagus tapi mungkin sdh beberapa kali dicat ulang. Kalo hujan
kami biasanya duduk bergerombol di dapur. Kakakku paling sering bercerita atau
mengajarkan kami beberapa kata bahasa inggris sederhana, ibuku sibuk dengan
rebusannya entah rebus jagung atau ubi, pisang dll. Kami menunggu hasil dari
tungku ibuku sambil mendengarkan kakakku bercerita. Kakakku yang lain sibuk
dengan pekerjaan rumah atau beberes rumah supaya saat malam nanti ketika kami
ingin tidur rumah sudah dalam keadaan bersih dan tempat tidur sudah siap.
Di
belakang dapur ibuku ada lubang besar bekas galian tanah untuk mencetak
bata. Setelah batanya beres, lubang bekas galian itu tetap masih ada dan
kami gunakan untuk membuang sampah. Di sisi atas lubang galian ini bapakku
membuat kandang kambing. Zaman itu saya menghitung kambing di rumahku lumayan
banyak, ada beberapa induk kambing dengan banyak bayi kambing yang lucu.
Kambing2 itu memiliki telinga yang lebar sehingga kalo berjalan daun telinganya
suka berayun2 atau mengangguk2. Tentang daun telinga kambing ini aku punya
cerita manis. Ketika kelas 2 SD biasanya kami masuk siang. Hal ini berkaitan
dengam jumlah guru dan ruang kelas yang kurang sehingga mesti dipakai
bergantian.
Ketika saatku ke sekolah ibuku suka mengikat pita di rambutku. Pita
dari bekas kain perca yang berwarna warni manis jika dipandang. Rambutku ikal
panjang bisa dikatakan keriting tapi halus dan lembut, mungkin karena ibuku
suka memakai santan dan jerut purut ketika membantuku keramas. Dengan rambut
ikal panjang dan pita di kepala dengan ekor 2 di sisi kepala kiri dan kanan aku
berjalan ke sekolah. Kadang harus berlari kecil karena takut terlambat.
Akibatnya rambutku dan pita berayun2 lucu kiri dan kanan. Melihat diriku datang
teman2ku pasti berteriak si anak kambing telah datang ayo kita ajak main dia,
diriku dibilang anakk kambing karena pita rambutku berayun laksana telinga
kambing. Pengalaman manis yang tak ingin kulupakan begitu saja.
Nah kembali di
belakang rumahku, kalau musim hujan seperti ini kami suka memperhatikan anak2
kambing dari balik teralis dapur. Anak2 kambing yang kedinginan karena kena air
hujan yang tempias membuat kami iba memandang mereka. Adikku paling suka
mencari selimut bekas atau kain sarung sobek atau kain lap bekas utk dijadikan
selimut di kandang kambing. Dengan mengendap2 dia akan keluar membawa kain2 itu
lalu menyusunnya sedemikian rupa sambil berbicara perlahan entah apa yang
dibicarakan kami tak paham. Pernah kucoba untuk bertanya apa yang dibisikkan ke
kambing dan dengan wajah tanpa berdosa ia mengatakan, aku mengajak mereka
berdoa biar hujan gak terlalu deras, aku bilang selimutnya dipakai ya biar
tidak kedinginan lagi. Begitulah cara adikku menunjukkan cintanya pada makluk
lain.
Adikku ini suka sekali berbicara dengan ayam, burung, semut bahkan
binatang2 kecil yang melingkar di tanah ketika disentuh. Setiap kali bangun
tidur adikku pasti minta ke halaman, di sana dia akan mencari hewan2 itu lalu
bercakap2 dengan mereka. Ketika hujan seperti ini apa saya yang dimasak ibuku
di dapur pasti kami habiskan. Pisang rebus kalau dimakan pakai sambal terasi
dan dikala hujan terasa sangat nikmat apalagi dengan saling berebutan. Ibuku
sampai bingung melihat kami berebutan pisang atau jagung di kala hujan deras.
Kakaku yang laki2 suka iseng, walau ia sudah kebagian, tapi ia gemar sekali
mengambil milik yang menjadi bagian kami. Kadang2 kami dengan tulus
memberikannya tapi kadangpula kami mempertahankan bagian kami. Hujan membuat
nafsu makan kami berkobar2.
embali pada bekas lubang galian di belakang rumah
kami, air hujan yang banyak membentuk kolam yang lebar di halaman belakang
rumah. Tanaman2 kecil seperti jagung, rumput dan singkong tenggelam tak
kelihatan karena ketutup air. Air akan surut dengan sendirinya setelah beberapa
jam sesudahnya. Ibuku selalu menyiapkan drum air di setiap sudut rumah atau
pancuran rumah sehingga kalau hujam datang maka kami akan mendengar aliran air
melalui .....turun ke drum kami. Air2 ini akan kami gunakan untuk mencuci
perabotan dapur atau untul menyiram tanaman dikala kering. Acapkali saya heran
setiap hujam ibuku pasti sibuk menyiapkan ember2 bak, ember besar untul
menampung air. Padahal menurutku air ledeng di bak pancuran tak pernah kering.
Pernah kutanya pada ibuku dan beliau dengan singkat menjawab, sayang kan airnya
terbuang percuma ke tanah mending ditampung biar bisa digunakan untuk yang
membutuhkan.
Demikianlah cara ibuku mengajarkan pada kami unruk selalu berhemat
dalam pemakaian air, memakai setiap kesempatan yang ada jika hujan untuk menampung
air. Demikian cintanya pada bumi sehingga ibuku menginginkan anak2nya untuk
sayang air dan berhemat.
Komentar