Antri Mandi Di Lourdes


Sungai di seberang grotto lumayan lebar dan dalam. Airnya mengalir tenang tak beriak diam mengalir tanpa ada gerakan yang berarti. Selama di Lourdes saya amat senang duduk berdoa menghadap bunda dan di belakangku persis air sungai itu mengalir. Waktu itu belum ada tembok tinggi cuma sekedarnya saja sehingga kita bisa berdiri berlama-lama ngobrol dengan air. Sekarang kalau saya lihat di beberapa foto kawan saya nampaknya di pinggiran grotto telah ada pembatas tembok yang cukup tinggi. 

Nah ini cerita tentang air sungai ini, dingin sekali. Air ini dialirkan ke dalam kamar-kamar kecil berjejer. Di dalam kamar-kamar  ini ada bak air yang besarnya secukupnya bisa untuk orang dewasa berendam. 

Di dalam kamar ini sudh ada dua orang ibu ( untuk kamar cewek) dan dua orang bapak (kamar cowok) sebagai volunter. Mereka akan membantu kita untuk mencelupkan badan seluruhnya ke dalam bak air,”bangun dari air dan dengan sigap ditolong oleh volunter untuk menutup badan kita dengan selembar kain kering. 

Proses  masuk dalam kamar bak air ini tidak gampang. Pertama kita harus antri dulu. Antrinya lamaaa sekali. Walaupun banyak kamar tapi karena yang antri mengular  jadi harus sabar menunggu, kayak antri di bank, ada jalurnya kelak kelok tapi ada tempat duduknya. Sambil antri kita diajak berdoa rosario atau bernyanyi lagu-lagu rohani. 

Saya ingat pada saat saya antri bapak-bapak di depan itu bernyanyi lagu I have a dream sambil memainkan melodi gitar. Serentak jami semua ikut bernyanyi. Lalu ada lagu-lagu Maria. Herannya saya mengenal semua lagu yang ia nyanyikan. Kalau lagu Maria kebanyakan dari buku nyanyian jubilate cuman dalam bahasa setempat. Karena itu saya ikut bernyanyi keras-keras tapi dalam bahasa Indonesia, hehehe... 

Nah setelah sampai di pintu masuk kamar rendam kita tidak begitu saja langsung masuk dan mandi. Di dalamnya ada semacam ruang tunggu, dii sini  sudah ada volunter yang mengajak kita ngobrol, dia bertanya negara asal , kenapa datang, apakah ada doa atau keinginan2 tertentu yang mau di sampaikan pada Bunda Maria dan beberapa percakapan lainnya yang sifatnya memberi motivasi dan ketenangan untuk menjalani proses ini karena semua harus dalam iman. 

Dari ruang tunggu itu kita masuk lagi dalam kamar yang lain untuk ganti baju, di situ juga sudah ada volunter yang bertugas untuk membantu kita bersalin baju. Ada hanger tempat gantung baju dan tas.  Tas kita dijamin aman. Volunter ini akan membantu kita dengan selembar kain sebagai penutup badan pada saat masuk dalam bak air. Selain itu ia  mengajak kita bicara dan saya akui mereka amat sabar dalam pekerjaan. Waktu itu saya ingat volunter yang membantu saya berasal dari Jakarta. Dia alumni st Theresia, sebuah sekolah milik ksmi psrs Suster Ursulin di Jakarta. Maka kami berdua berbicara agak lama. Dia bercerita untuk menjadi seorang volunter ini perlu waktu lama. Kurang lebih setahun setelah melamar ia dipanggil lalu diwawancarai baru mulai bertugas. Ia bertugas selama 6 bulan. 

Dalam hati saya ancung jempol, hebat ya anak muda ini mau tinggal di Lourdes dengan biaya sendiri bekerja tanpa dibayar. Ini semua karena iman dan cintanya pada Tuhan dan Bunda Maria. Sampai dalam kamar sudah siap dua org volunter lain lagi, mereka mengatakan pd saya sekarang ucapkan doamu pd Bunda Maria. 

Saya kemudian mengucapkan doa yg paling sy inginkan sambil menatap salib yg dipasang di tembok depan bak. Lalu sy kemudian ditenggelamkan dalam bak dan dalam sekejap diangkat kembali. Seluruh badan basah kuyup. Begitu berdiri dari bak air seorang volunter yg lain sdh siap dg selembar kain kering utk mengganti kain yg basah di badan. Selesai itu saya kembali ke kamar ganti, beberes dan  keluar sambil mengucapkan terima kasih. Para volunter itu selalu mengatakan God Bless You.

Saya merasa terberkati dengan kata2 itu karena saya percaya hidup mereka yang tiap hari bergaul dengan Bunda Maria maka semua perkataan yg keluar dari mulut mrk juga terberkati. Yang masih menjadi pertanyaan buat saya adalah pada saat ganti baju setelah keluar dari bak air, dalam keadaan basah. tapi dalam sekejap badan menjadi kering, padahal tidak ada waktu untuk mengeringkan badan karena banyak yang antri di belakang saya untuk tujuan yang sama.  Saya pikir apa krn udara dingin sehingga badan langsung kering atau? 

Nah ketika kami antri masuk tadi kami sdh diperingatkan utk tidak berpikir macam2, percaya saja sama Tuhan. Perbuatan mandi air dingin di bak harus dimaknai dalam iman akan Tuhan. Sambil berbaris dalam antrian sy melihat sekeliling, sy perhatikan semua org yang antri, dari berbagai bangsa dan warna kulit, berbagai usia dan kelihatan jg tidak semua yg antri adalah orang sehat. Ada juga yg sedang sakit nampaknya. 

Sempat terbersit dalam kepala saya ini gimana kalo ada yag sakit kulit ya? Begitu sadar bahwa sy telah berpikir demikian langsung sy berdoa mohon ampun, sy tdk boleh berpikiran jelek. 

Maka sekeluar dari bak mandi dan duduk berdoa di depan grotto sy merenung kembali, bak air itu kan bukan air mengalir jadi semua orang yang berendam di dalamnya pasti meninggalkan jejak di situ. Entahlah apa yg terjadi sy menyerahkan seluruh hidup saya dlm tangan Tuhan. Dan memang dalam iman sy percaya akan tetap sehat selamanya. 

Di kedalaman hatiku saya berharap suatu saat nanti, ku akan kembali ke kakimu Bunda Maria di Grotto, entah kapan, God only know! Terima kasih Tuhan untuk pengalaman indah boleh mengecap pengalaman berharga di grotto bersama Bunda PutraMu.






Komentar

Unknown mengatakan…
Pengalaman yg indah sekali Suster...
Herlina mengatakan…
Iya pengalaman yang mungkin tak akan terulang kembali. Trims ya sudah membaca.

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard