Catatan Bahagia Dalam Pelayanan
Dalam
regula Prakata ayat 4 St Angela mengatakan “Putri putri dan saudari-saudariku
tercinta, Allah telah mmeberikan rahmat kepadamu untuk menarik diri dari
kegelapan dunia yang menyedihkan ini dan telah mengumpulkan anda untuk
pelayanan kepada Tuhan yang maha Agung” Ia juga telah memberkati anda
masing-masing dengan rahmat yang begitu khusus”
Zaman
St Angela hidup ditandai dengan bermacam-macam kegelapan dunia seperti
dekadensi moral, hidup perkawinan yang semrawut, kehidupan biara yang mahal
karena setiap wanita yang masuk biara maupun menikah harus membayar belis atau
biaya yang mahal, maka ia menawarkan kepada kelompok wanita muda suatu cara
hidup yang berbeda yakni hidup tidak menikah tapi juga tidak masuk dalam biara.
Dalam
perkembangan selanjutnya kehidupan kelompok ini berkembang menjadi sebuah
institusi religius dengan aturan yang tetap. St Angela mengatakan tidak semua
orang mendapat rahmat yang begitu khusus ini, rahmat yang begitu khusus ini
adalah rahmat untuk memperoleh sebuah kesempatan untuk melayani Tuhan yang Maha
Agung.
Pelayanan
yang maha agung ini bercerita tentang sebuah martabat yang sangat jelas bahwa
saya dipilih menjadi mempelai yang setia dan tanpa cacat. Bahkan ia mengatakan
lagi karena menjadi mempelai ini bukan tugas ringan maka anda harus berbuat apa
saja dengan seluruh KEKUATAN agar tetap setia pada panggilan ini. Berbicara
tentang berjuang dengan seluruh kekuatan yang ada untuk tetap setia pada Tuhan
yang Maha Agung ini tidak terlepas dari pelayanan kepada Tuhan Pelayanan ini
bentuknya seperti apa?
Dalam
tugas perutusan setiap suster dipercaya untuk mengemban tugas tertentu yang
tentu saja telah disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas pribadi. Dari tugas
yang berat sampai dengan kerja remeh temeh lainnya, semuanya harus dimaknai
dalam karya pelayanan kepada DIA yang Maha Agung. Beberapa catatan memaknai
karya pelayanan kepada Dia yang Maha Agung, :
Pertama
: Saya bertemu dengan banyak anak dari berbagai latarbelakang suku dan budaya.
Anak-anak ini polos dan jujur, mata mereka berbicara banyak dan mengirim pesan
tersembunyi bahwa ia ingin pintar bersama teman-temannya di sekolah. Anak-anak
ini membawa kebahagiaan tersendiri bagi saya, mereka bisa berbicara apa saja,
mereka bisa amat dekat dan tidak menaruh prasangka buruk pada saya, mereka amat
percaya bahwa saya pasti akan berbuat dengan sekuat tenaga untuk kebaikan
mereka. Mereka juga murah hati dan tidak segan membagikan apa yang mereka
miliki. Dan diatas segalanya ketika melihat mereka bertumbuh dari yang tidak
disiplin menjadi disiplin, dari yang tampil apa adanya mennjadi anak yang
bersih dan mulai memperhatikan penampilan, dari yang tidak bisa apa-apa menjadi
anak yang bisa membaca dan bisa memegang pinsil, dari yang egois menjadi anak
yang murah hati, dari yang menyendiri menjadi anak yang punya banyak teman atau
ketika menyaksikan mereka mampu bercerita di depan orang banyak dengan penuh
percaya, cukup membawa keharuan dan kebahagiaan tersendiri. Perasaan ini
mungkin sama seperti yang dirasakan oleh Tuhan ketika IA melihat kita anaknya
bertumbuh dalam iman dan Dia.
Kedua
: Bertemu dengan banyak orang, entah itu para orang tua yang mempunyai
pengalaman yang begitu luas di dunia luar sana sehingga kita bisa berdiskusi
atau juga bertemu banyak umat di lingkungan ketika ada kunjungan keluarga atau
pelayanan lingkungan di gereja dan lain sebagainya. Kunjungan keluarga membawa
aura positif tersendiri bagi saya. Ketika mendengar cerita dan perjuangan hidup
mereka yang berat mulai dari hidup sehari-hari sampai dengan membiayai anak
sekolah, keadaan keluarga yang rukun dan bahagia itu membias dalam hidup saya.
Saya banyak belajar dari pengalaman para orangtua murid, saya menjadi matang di
dalam pergaulan saya bersama umat paroki dan lingkungan, saya menjadi lebih
paham tentang bagaimana perjuangan sebuah keluarga untuk tetap bertahan dalam
untung dan malam sesuai dengan janji pernikahan mereka.
Ketiga
: Perasaan menjadi lebih enteng ketika mau berbagi entah itu ilmu pengetahuan,
waktu, tenaga untuk orang yang membutuhkan. Kebayang saya ini misa di hari
Minggu bisa lebih dari 3 kali, mengapa demikian? Karena yang memberi waktu saya
untuk pelayanan bersama umat lingkungan. Saya rela hati ke gereja beberapa kali
setiap hari minggu supaya perayaan ekaristi lancar, supaya umat lingkungan yang
bertugas menjadi damai dan puas. Saya sendiri tidak merasa keberatan dengan ini
semua, saya bahagia karena bisa memberi diri untuk orang lain, walau kadang
saya harus mengorbankan waktu makan saya, waktu istirahat saya atau waktu untuk
bercakap-cakap dengan tanaman demi sebuah pelayanan di gereja. KEbahagiaan ini
menular maka saya berjuang sedemikan agar saya bahagia, dan kebahagiaan itu
akan menular apabila dilihat oleh orang lain
Keempat
: Menjadi lebih mahir dan pinter. Sekian belas tahun bergelut di dunia yang
sama membuat saya pribadi semakin maju dalam ilmu pengetahuan dan ketrampilan.
Dalam pengetahuan saya belajar banyak dari para guru senior, saya berlatih dari
sekian banyak orang pinter dan berwawasan di luas entah di yayasan maupun dari
dinas pemerintah, barangkali karena saya juga terbuka terhadap perubahan dan
masukan yang sangat berharga, karena menurut
saya jika kita terbuka terhadapa perubahan maka
bantuan akan datang mengalir dengan sendirinya.
Kelima
: Terlepas dari banyak hal yang menggembirakan, kadang juga ada kesedihan dan
kerapuhan yang mewarnai karya pelayanan saya kepada DIa yang Maha agung. Ketika melihat anak tidak bertumbuh
karena banyak factor yang melingkupinya, hati ikut bersedih, ketika melihat
anak gagal dalam belajar, turut
merasa bersalah.
Sebetulnya
St Angela pernah berkata tidak ada yang namanya kegagalan, yang ada hanyalah
tipuan roh. Ketika
anak gagal dalam belajar itu bisa dengan kalimat lain dikatakan ia mengalami tipuan
roh jahat yakni ia
ingin bermain lebih lama dibandingkan waktu untuk belajar, lebih mau yang
enteng-enteng saja dari pada harus giat berlatih dan seterusnya. Tetapi sebagai
pribadi saya tetap merasa sedih. Atau ketika terjadi salah saham dan tidak mau
mendengarkan antara banyak pihak entah dengan yayasan, maupun dengan orangtua
atau dengan dinas pemerintahan.
Sebetulnya
maksud pemerintah itu baik dengan membaut banyak latihan dan workshop agar guru
dan kepala sekolah menjadi lebih pandai tetapi karena dalam pelaksanaannya
terkesan biasa saja dan hanya menghabiskan dana proyek, maka terbit rasa jengkel dan teman-temannya.
Apalagi jika merasa waktu yang diberikan oleh dinas dan yayasan itu mendadak
dan mengacau balaukan
jadwal yang sudah dibuat oleh sekolah dengan susah payah.
Kesedihan
lain yang mewarnai karya pelayanan saya adalah ketika banyak orangtua yang
complain tanpa perasaan, mereka menuntut banyak dari sekolah dalam hal ini saya
dan para guru. Kadang complain mereka masuk akal dan bisa dilakukan tetapi
sekian sering mereka menuntut hanya untuk kepentingan pribadi anaknya saja.
Kadang-kadang saya sampai berucap, duh Gusti, tangan dan kaki saya hanya dua,
mata saya juga hanya dua, mbok bersabarlah maka semua akan saya urus, kami
pihak sekolah pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak didik mereka. Ya hal-hal receh seperti inilah yang kadang mengurangi sedikit
kebahagiaan dalam karya pelayanan kepada DIa. Tetapi dalam banyak hal,
kesedihan-kesedihan ini berlalu bersama angin malam karena besok pagi kami
pasti sudah melupakannya. Mungkin
karena saya menganut paham, hari ini biar langsung diselesaikan karena hari
esok mempunyai kesusahan tersendiri
sehingga saya berusaha melupakan yang pahit dan meirndukan yang manis saja.
Karena ketika mengalami kesedihan yang amat
sangat dalam pelayanan sesungguhnya kita sedang mengambil bagian dalam
kesengsaraan Kristus yang suci. Dengan mengambil bagian dalam kesengsaraan
Kristus yang suci sesungguhnya pada saat yang sama kita sedang berdoa agar mata
jiwa kita terbuka untuk bisa melihat keselamatan Allah.
Komentar