Gelombang Laut di Desaku.



Walau dibesarkan di daerah pantai dan laut namun saya suka gugup kalau mengalami gelombang pantai yang cukup besar. Hati saya akan berdegup kencang dan keringat dingin membasahi telapak tangan. 

Pernah dalam suatu perjalanan kembali ke asrama setelah menikamti liburan di rumah, saya mencatat kapal yang kami tumpangi agak kecil dan penumpang penuh dan banyak yang usia lanjut. Waktu itu lagi musim hujan dan ombak. Sebetulnya dari rumah saya sudah agak takut tapi saya tidak menunjukkan hal itu. Ternyata benar saya lupa tepatnya di mana mungkin daerah tanjung gemuk kapal menjadi oleng dan mesin motor mati. Sudah begitu air masuk ke dalam kapal. 

Dalam hati saya cukup terkejut karena saya tahu dengan pasti situasi seperti akan sangat membahayakan. Tapi demi menentramkan hati oma2 para penumpang yang lain maka saya mulai bergerak untuk membantu mengeluarkan air dengan gayung dan ember kecil yang ada di situ. Tindakan saya ini diikuti oleh sesama penumpang yang lain. Sambil tangan saya bergerak mengeluarkan air mulut saya serentak berdoa Bapa Kami dan Salam Maria. Spontan dan tidak saya rencanakan, maka doa saya yang tiba2 itu diikuti oleh semua penumpang dan kami berkanjang dalam doa bersama. 

Agak lama kami terombang ambing dengan situasi yang tidak pasti, untunglah mesin kapal dapat di perbaiki dan kami dapat melanjutkan perjalanan kami menuju ke tepian. Semua pakaian kami basah demikian juga barang2 bawaan kami. 

Gelombang yang besar dapat mempengaruhi ketenangan jiwa maka yang perlu diperhatikan pada saat itu adalah ketenangan, jangan panik, berusahalah agar orang lain juga menjadi tenang karena melihat diri kita yag tidak gugup. Pengalaman lain yang tidak kalah heboh adalah ketika saya dan keluarga kakak saya berkunjung ke patung tuan berdiri dalam rangka prosesi hari Jumat Agung. Sebetulnya dalam pandangan mata awam laut amat tenang bagaikan kolam apalagi perjalanan kami pagi hari sebelum jam 6. Walau demikian aku tahu dengan pasti bahwa di dalam ketenangan yang muncul di permukaan ada arus yang menggelora di bawahnya. Perjalanan kami dengan kapal super kecil lancar tapi pergerakan majunya amat lambat. 

Saya melihat sekeliling dan pohon2 di daratan seolah berlari terbalik dengan arah kapal kami. Dan sebagai anak laut saya tahu dengan pasti bahwa arus sedang berjalan melawan arah kapal kami. Kakakku biasa saja wajahnya sambil bernyanyi2 kecil sibuk menyuapi makan anaknya. Teman2ku yang lain juga sibuk potret kiri kanan karena memang pemandangannya indah sekali. Tapi aku? Batinku tak tentram ingin sekali kapalku segera sampai di tempat tujuan. 

Ternyata wajahku yang kurang tentram tertangkap oleh seorang temanku, kamu takut ya, udah jangan takut percaya aja pada Yesus. Ingin kukatakan pada dia temanku bahwa arus laut paling serem di dunia ya di selat sempit yang sedang kita layari ini tapi aku memilih diam sambil berdoa rosario. Sekali lagi dalam keadaan terancam bahaya yang kuingat hanya Tuhan, yang kuminta bantuan adalah Bunda Maria karena kuyakin mereka lah satu2 penolong kami dalam bahaya. 

Pengalaman lain dalam suatu perjalanan menuju rumah orangtuaku bersama kakak2ku yang lain, kami dihadang ombak dan hujan yang tak berhenti tepat di tempat di mana sering terjadi kecelakaan laut karena gelombang laut yag tidak bersahabat. Tempat di mana kami berada waktu itu adalah momok bagi para penumpang kapal tapi tentu tidak bagi para anak buah kapal, karena mereka sudah terbiasa dengan situasi spt ini, hidup mereka di laut, laut dan gelombang telah menjadi sahabat mereka siang dan malam. Kakakku berbisik pelan, udah gak usah takut coba lihat wajah para anak buah kapal, kalo wajah mereka tenang dan biasa saja maka aman. Maka pekerjaanku selanjutnya adalah memperhatikan raut muka kapten dan anak buahnya yang lain. Sebetulnya di sudut hatiku yang terdalam aku tidak setuju dengan kata2 kakakku ini wong mereka tiap hari di laut mereka gak akan merasa apa2 walau badai sehebat apapun. 

Pengalaman lain dengan sahabat gelombang adalah ketika kami menyebrang ke pulau tetangga setelah upacara misa 7 hari Mama RIP. Ayahku memberi saya kesempatan untuk pergi berdoa di kuburan nenek moyang di kampung. Saya ingat waktu itu ada kakakku perempuan yang paling besar, ada kakakku nmr 4 dan nmr 7 serta adikku bersama anaknya yang masih bayi. Banyak penumpang saat itu dan seperti biasa perjalanan laut bulan Pebruari selalu ditandai dengan gelombang laut yang tidak bersahabat. Benar saja terjadi tiba2 saya selepas pelabuhan laut langsung menggelora dengan ganas, kulihat kakak2ku berpandangan. Sy hnya bisa berdoa dalam hati dengan meminta bantuan pada Mama, mama kan sdh lebih dekat dengan Yesus tolong sampaikan ke Yesus agar menjaga kami. Adikku sudah nampak menangis mungkin karena dia bersama anak bayinya, kalo dia sendiri mungkin lain ceritanya. Adikku bahkan sudah mulai menitip2kan bayinya ke sesama penumpang bapak2, kata adikku pokoknya ini anak saya dan saya percaya Om akan membantu anak saya ini selamat jika terjadi apa2. Kakak sulungku mungin karena takut dia langsung berteriak Yesus tolong kami, Engkau pernah meredakan angin ribut di danau maka sekarang bantu kami. 

Saya salut dengan kakak saya yang satu ini, beliau tetap punya iman di tengah badai gelombang ini. Sebetulnya saya juga takut sekali tapi saya lebih memilih diam dan berdoa. Untunglah Tuhan masih menjaga kami maka kami tiba dengan selamat. 

Selanjutnya setelah lama aku meninggalkan rumah untuk bertugas di mana2, masih kudengar cerita2 tentang keganasan laut dan gelombang di laut kami. Hal itu telah menjadi sahabat mereka dlbahkan sudah menjadi makanan mereka sehari2. Gelombang dan laut sampai kapanpun tetap menkadi sahabat dan saudara kami, gelombang dan laut telah mengajarkan pada kami untuk tetap beriman teguh, jangan cepat putus asa, percayakan pada Tuhan semua ketakutan dan rasa kecil kami maka Tuhan akan menolong. 

Terima kasih gelombang di laut kami, lewatmu kami semakin dekat dengam Sang Pencipta.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard