Kupanggil Namamu Maria
Saya tumbuh dalam lingkungan keluarga
pencinta Maria, sejak masih kecil sekali kami sekeluarga sudah diperkenalkan doa Salam Maria, tentang
siapa itu Ibu Maria, apa perannya dan mengapa kita harus selalu berdoa Rosario.
Di kampung kami mengenalnya sebagai doa kontas. Jika bulan-bulan seperti ini
Mei dan Oktober, maka semua orang bersiap-siap dan dengan gembira hati
menyiapkan rumahnya untuk dikunjungi Bunda Maria.
Orangtua saya memiliki devosi yang kuat
pada Maria, dalam setiap kesempatan atau jika ada niat dan keinginan
tertentu, mereka pasti selalu berdoa pada Maria. Saya sendiri tidak
heran akan hal itu, karena sejak saya masih kecil, saya melihat dengan pasti
semua orang di kampung setiap kali menghadiri misa, mereka sibuk berdoa Rosario
dan membiarkan Imam berbicara sendiri di depan dan begitu tiba saat komuni,
mereka akan berbaris dengan rapi maju menerima komuni. Karena saya sering
melihatnya maka saya menganggapnya biasa, setelah menjadi besar dan paham
liturgi barulah saya mengerti bahwa ibadat atau misa tidak boleh dikalahkan
oleh doa rosario dan apa yang dilakukan oleh orang zaman dulu itu keliru.
Begitulah situasi hidup dan pertumbuhan saya
dari kecil sampai remaja diwarnai oleh hilir mudik Maria yang tak bernah
berhenti. Ia selalu hadir dan membantu setiap kesulitan saya juga kesusahan
banyak orang.
Situasi kampung sangat beraroma Maria, mengapa saya katakan demikian karena ketika orang-orang berjalan dari satu kampung ke kampung yang lain, mereka sambil berdoa rosario kalau di kampung namanya doa kontas sehingga ketika mereka ditanya tentang jarak dari kampung yang satu ke kampung yang lain, mereka akan menjawab, jaraknya 5 rumah kontas atau 4 rumah kontas.
Supaya diketahui 1 rumah kontas itu artinya 5 peristiwa
dalam satu keseluruhan Rosario, maka kita tinggal menghitung jaraknya saja,
jika satu rumah kontas kira-kira 30 menit maka kalau 5 rumah kontas berarti 30
menit kali 5 sama dengan 150 menit. Artinya bahwa selama berjalan, mereka
mengisinya dengan berdoa rosario, sangat menarik.
Perkenalanku dengan Bunda Maria salah satu
penyebabnya juga adalah kota kecil ibukota kabupaten kepulauan kampung halaman
saya memilih Maria menjadi pelindung kota sekaligus pelindung keuskupan. Kepada
kami sejak kecil sudah mendengar cerita tentang misteri datangnya patung bUnda
Maria Bersedih di Larantuka. Patung Maria yang kami sebut Tuan Ma ini ditemukan
sekitar tahun 1510 oleh seorang warga bernama Resiona di pantai Larantuka.
Diduga patung ini terdampar saat kapal Portugis atau kapal Spanyol karam di Larantuka,
konon saat itu anak yang bernama Resiona ini melihat seorang perempuan cantik,
ketika ditanya nama, asal serta dari mana datangnya, perempuan tersebut hanya
menunduk lalu menulis tiga kata yang tidak dipahami oleh Resiona, diatas pasir
pantai, setelah itu ketika mengangkat wajahnya rupa wanita itu berubah menjadi
patung kayu.
Karena saat itu orang Larantuka belum
mengenal patung dan agama sehingga patung kayu itu disebut sebagai Tuan Ma, secara
harafiah berarti Tuan Mama dan menganggapnya sebagai barang keramat.
Patung ini kemudian diletakkan di korke atau rumah ada suku Resiona. Sejak saat
itu masyarakat Larantuka sudah melakukan devosi kepada patung Tuan Ma setiap
bulan Pebruari sebagai rasa syukur atas hasil panen dan tangkapan ikan di laut.
Dalam perkembangan selanjutnya datang
misionaris Portugis ke Larantuka, mereka menyebarkan ajaran Katolik dan
menjelaskan bahwa patung Tuan Ma yang disembah masyarakat adalah Bunda Maria
yang memiliki seorang Putra bernama Yesus. Sejak saat itu warga Larantuka
menganut agama Katolik dan bahkan raja pertama Larantuka waktu itu bernama Ola
Adobala dibabtis dan menyerahkan kerajaan Larantuka kepada Bunda Maria, setelah
itu putranya Don Gaspar I pada tahun 1665 mulai mengarak patung BUnda Maria
keliling Larantuka. Dalam perkembangan selanjutnya Raja Don Lorenzo bersumpah
kepada Maria atau Tuan Ma dengan memberi gelar tertinggi kepada Maria sebagai
Raja Orang Larantuka. OKI Larantuka disebut juga sebagai Kota Ratu atau Kota
Maria dan dalam bahasa Portugis di sebut Kota Reinha. Tuan Ma diyakini sebagai
Bunda Maria orang Larantuka. Devosi kepada Maria menjadi sentral dalam hidup
masyarakat Larantuka. Proses inkulturasi pun terjadi antara kepercayaan
masyarakat lokal, ajaran gereja dan tradisi yang dibawa oleh bangsa Portugis.
Hidup dalam lingkungan seperti ini membuat saya mencintai Maria.
Pengalaman lain ketika kota kami dilanda
banjir rob sekitar tahun 1979, 40 tahun yang lalu. Banjir rob ini menghantam
kota kami yang kecil ini, yang cuma berbatasan dengan gunung bagian Utara dan
laut lepas sebelah Selatan. Maka ketika banjir datang, ia membawa semua menuju
ke laut, entah itu rumah beserta isinya, harta benda, hewan dan tumbuhan juga
korban manusia yang demikian banyaknya. Waktu itu saya dan keluarga tidak mengalami
langsung banjir ini, tatapi ayah saya lagi berada di kota banjir untuk urusan
pekerjaan dan kami menunggu dengan cemas kabarnya.
Masyarakat kota kecil yang sedang dilanda
banjir panik luar biasa, banjir tengah malam, maka mereka hanya bisa selamatkan
yang perlu, bahkan tidak sempat lagi menolong anggota keluarga yang lain, semua
tercerai berai. Di tengah tidur yang lelap, mereka dikagetkan oleh bunyi air
yang teramat besar dan dalam sekejap semua hilang lenyap.
Saya ingat keluarga dari mama saya saking
paniknya spontan meraih anaknya yang masih kecil langsung dibawa lari menuju
tempat aman, lama kelamaan kok dirasa anaknya tak bergerak padahal ditengah
hujan yang amat deras dan bunyi air di mana-mana, ketika kesadaran itu datang
ia melihat anak dalam pelukannya ternyata itu hanya bantal guling, maka ia
bergegas kembali ke rumah dan Tuhan Maha baik, ia masih menemukan anaknya tidur
lelap diatas kasur penuh air.
Yang mau saya ceritakan di sini adalah,
bahwa banyak orang kampung dan desa berlari menyelamatkan diri dengan
berlindung di kapel Tuan Ma, sebetulnya kapel itu adalah searah tepat dengan
jalur banjir tapi yang membuat ajaib, ketika air banjir sampai ke kapel, ia
misah dua jalur dan meninggalkan kapel Tuan Ma selamat dari terjangannya, dan
semua orang yang sedang berlindung di situ selamat. Ini menurut kami adalah
pengalaman iman yang besar, bahwa doa kepada Bunda Maria menyelamatkan banyak
orang dari kematian akibat bencana.
Pengalaman lain dengan Ibu Maria, ketika
saya sudah bersekolah dan tinggal di asrama, kadang-kadang kiriman uang dari
orangtua terlambat datang, saya paham karena bukan hanya saya yang diurus oleh
Bapak dan Mama, ada anak lain yang juga membutuhkan biaya yang sama untuk
sekolah, apalagi beberapa kakak saya yang kuliah di Jawa sangat membutuhkan
uang. Ketika saatnya untuk membayar SPP atau uang asrama atau untuk biaya
praktik yang sangat berat, kadang saya tidak mempunyai uang. Untuk SPP dan uang
asrama, saya dibantu oleh para Suster dengan memberi kelonggaran, tapi untuk
biaya praktek di sekolah bagaimana? Sepatu saya sudah sobek; bagaimana saya
harus masuk kelas dan mengajar? Maka saya berdoa Rosario dengan khsusuk, saya
mohon Bunda Maria membantu saya supaya bisa keluar dari masalah ini, eh sore
hari ada tamu untuk saya di ruang tamu, penjaga portir memanggilku, begitu saya
melongok ternyata kakak saya datang membawa oleh-oleh dari Mama. Saya masih
ingat dengan baik, kakak memakai baju kaos merah terang agak menuju orange
membawa kue dan uang titipan dari Mama. Oh betapa senangnya, uang ini bisa
untuk beli sepatu supaya bisa masuk kelas untuk mengajar.
Pengalaman-pengalaman kecil lainnya ketika
dalam doa saya panjatkan dan selalu terkabul, pernah ada kejadian saya berdoa
untuk kakak saya agar ia sukses dalam hidup, saya letakkan ujud doa untuk dia
dibawah kaki patung pieta yakni Maria yang sedang memangku Putranya ketika
diturunkan dari salib, ternyata Bunda Maria membantu doa saya dengan
menyampaikan kepada Putranya tentang permohonan saya, dan Yesus mengabulkannya.
Saya juga amat yakin kalau orangtua saya
juga berdoa dan melakukan devosi kepada Bunda Maria. Dengan penghasilan yang
pas-pasan bagaimana mungkin orangtua saya bisa membiayai sekolah dan hidup
anak-anaknya, saya yakin bahwa mereka bertekun dalam doa sambil bekerja dengan
keras dan ketika saat anaknya membutuhkan uang, mereka bisa segera
memberikannya.
Ada suatu pengalaman yang paling berkesan
tentang peristiwa Bunda Maria menolong saya. Pada waktu saya kelas 1 SPG, ada
perayaan tahun Maria Nasional di Maumere. Keuskupan Larantuka juga mendapat
tugas untuk menyiapkan koor dan petugas misa lainnya. Saya ingin sekali hadir
dalam misa itu tetapi sebagai petugas, dan kebetulan pula pihak keuskupan
meminta KOOR dari sekolah kami. Dalam hati kecil saya ingin sekali terpilih
jadi anggota koor, tapi syaratnya tidak gampang, kami harus di test oleh
seorang composer lagu gereja terkenal bernama Mateus Wari Weruin (almarhum).
Maka saya berdoa kepada Bunda Maria, supaya saya lulus tes karena saya
mengetahui dengan pasti kualitas si bapak ini. Ia tidak main-main jika yang
berhubungan sebuah nyanyia. Lalu beliau
mengetes kami satu persatu. Ketika berdiri di depannya saya amat gugup, beliau
menyuruh saya menyanyi dengan suara keras, maka saya mulai menyanyi tapi dengan
tergagap-gagap, lalu dia minta saya mengulangi sekali lagi dan kali kedua ini
saya sedikit lebih tenang. Saya ingat lagu yang ia minta saya nyanyikan adalah
lagu Ave Maria, hehehhe… kok bisa-bisanya beliau menyuruh saya menyanyikan lagu
itu dan saya kok bisa ya. Lalu hasil akhir adalah saya terpilih dalam seleksi
itu menjadi salah satu anggota koor dalam tugas Nasional. Waktu itu saya amat
heran, ada teman saya yang suaranya lebih bagus tapi kok tidak terpilih ya, ah
sudahlah, maka mulailah saya terlibat dalam latihan yang keras dan tidak kenal
waktu.
Saya pernah mendengar kotbah seorang romo pada waktu misa pesta Bunda Maria, ia memberi sebuah ilustrasi begini, pada suatu hari di surga semua orang yang meninggal antri di pintu surga. Yesus berdiri di depan pintu sambil memegang buku catatan dosa orang-orang itu. Ia memanggil satu persatu, jika ia merasa orang itu dosanya tidak banyak maka langsung mengizinkan masuk surga. Tetapi jika tidak maka ia menolak dan menyuruh mereka untuk berdiri saja diluar dinding surga.
Ketika semua kegiatan ini selesai, Yesus masuk ke dalam surga, dan ia tiba-tiba ia melihat di dalam surga ada begitu banyak orang, diantaranya semua orang yang sudah ia tolak tadi dan mestinya mereka masih ada di luar. Kenapa mereka semua ada dalam surga? Padahal tadi Ia sudah teliti melihat buku catatan dosa orang-orang itu. Yesus kemudian memanggil para malaikat lalu bertanya, “ ini kenapa semua orang pada masuk?’ Saya tadi tidak mengizinkan mereka loh untuk masuk”!
Kata salah seorang
dari malaikat kepada Yesus, “begini Yesus, kami tidak mengizinkan mereka untuk
masuk, tapi coba kamu lihat di semua sisi jendela, mereka-mereka ini masuk
melalui jendela dibantu oleh ibuMU Maria. Maria malah membantu mereka untuk
masuk dalam surga, lha kami bisa apa? Ah Yesus kemudian menepuk jidat tanpa
bisa berbicara apa-apa, wong ibuNya sendiri sudah buat begitu, gimana ia dapat
melawan ibuNya sendiri?
Cerita ini mau menggambarkan kepada kita
bahwa Tuhan Yesus pasti tidak dapat menolak permintaan ibuNya. Saya ingat kisah
perkawinan di Kana, pada waktu itu juga tuan pesta kehabisan anggur yang baik,
dan karena terdorong oleh rasa cinta pada pemilik pesta maka Bunda Maria
berinisiatif untuk menyampaikan hal ini kepada PutraNya. Maria percaya bahwa
Putranya akan dapat membantu tuan pesta, dan memang pada akhirnya Yesus
berhasil menjaga muka tuan pesta dengan mengubah air menjadi anggur. Maria
telah menunjukkan dirinya sebagai orang yang turut serta dalam karya
peyelamatan dunia.
Pengalaman dalam keluarga yang
sangat kental dengan Maria membawa dampak yang mendalam pada
kehidupan saya selanjutnya, hampir pasti setiap hari saya berdoa Rosario dengan
ujud khusus maupun ujud lain yang telah saya buat sebulan sebelumnya. Jika
karena suatu hal saya tidak dapat berdoa Rosario maka saya bisa menggantinya di
hari lain atau dengan berdoa mohon ampun saya berusaha untuk setia dan
disiplin.
Dampak doa kepada Maria yang tak kunjung
henti ini membuat saya semakin beriman dan percaya sepenuhnya pada Maria bahwa
ia pasti akan menyampaikan doa-doa saya kepada Putranya. Efek lain lagi adalah
bahwa saya semakin akrab dan tidak sungkan untuk meminta dan berkata apa saja.
Saya yakin Maria mendengar dan memberi nasihat pada saya serta menjadi
pengantara doa-doa saya kepada Putranya yang sangat ia kasihi.
Komentar