Suster Tua
Namanya sr
Materna, Beliau sudah tua mungkin umurnya ada 92 tahun. Perawakan mungil kecil
dan tipe pekerja keras. Selama saya mengenal beliau, tak pernah saya lihat baju yang lain selain baju terusan warna
biru tua, abu dan putih. Modelnya pun sama lurus terusan. Beliau suka sekali duduk di kapel, berjalan di kebun sambil
memegang Rosario dan nampaknya ia berdoa sepanjang
hari.
Karena itu beliau menjadi tempat kami meminta kesediaannya untuk mendoakan anak-anak yang lagi
ujian atau yang lagi pergi fieldtrip, sangat menyenangkan. Nanti setelah setelah kembali dari field trip
beliau suka nanya, gimana perjalanannya, apakah anak-anak sehat? Mereka gembira
kan? Dan pertanyaan-pertanyaan kecil lainnya.
Dalam kesederhanaannya beliau
masih memiliki perhatian untuk orang lain. Sikapnya benar-benar tulus yang menunjukkan hidup bahagia di hari tua. Sr Materna suka
berkebun, beliau punya kebun kecil di belakang kapel, memiliki perlengkapan
tanam sampai dengam sepatu both tinggi. Di depan kebun kecilnya
berderet kamar-kamar para suster yang lain. Pagi-pagi buta mungkin belum jam 4 beliau sudah menyiram kebunnya dengan suara air yg cukup kencang, nah suara siraman ini
mengganggu para suater yang masih terlelap, dengan demikian acara siram kebun
di pindah ke pagi hari sesudah sarapan.
Sr Materna makannya sedikit sekali
sampai kami yang jika makan bersamanya menjadi malu hati,
walaupun makannya dikit mungkin juga tidurnya menjadi berkurang karena usia
tua, beliau tak pernah sakit. Tetap subuh-subuh sudah membuka pintu kapel, berdoa
khusuk sambil terkantuk-kantuk di depan tabernakel, beliau
juga suka berdoa rosario dengan suara yang keras tapi tidak
mengganggu, ini menjadi pemandangan indah untuk saya di pagi
hari.
Oh ya, akhirnya tugas
membuka pintu kapel menjadi tugas beliau. Pernah ada perisitwa duka di biara,
ada suster yang meninggal. Seperti biasanya kami menyiapkan kapel sebagai
tempat persemayaman jenazah, kadangkala
beliau tidak tidur dan duduk menunggu jenazah sambil berdoa sepanjang malam.
Atau kalaupun harus beristirahat maka pagi-pagi sekali ia sudah bangun membuka
kapel, memperhatikan peti jenazah jangan sampai ada semut dan lain sebagainya.
Beliau sering memberiku pot tanaman untuk menghias kapel dan sering saya terima
dengan senang hati, bahkan memberi arahan
bagaimana menghias kapel dengan baik dan benar. Satu hal baik yang saya lihat dalam hidup Sr Materna adalah beliau tak pernah mengeluh apapun, tidak pernah. Rupanya
mereka telah dididik untuk taat yang sesungguhnya dan dalam arti yang dalam, seperti contoh ketika ada kegiatan komunitas
entah pertemuan atau sharing kitab suci dan lain sebagainya, beliau sudah duduk
di tempat pertemuan 15 menit sebelumnya.
Kadang-kadang sebersit
rasa malu ketika orang setua beliau bisa melakukan pekerjaan berat, bisa bangun
pagi sedangkan saya sebagai orang muda cepat sekali mengeluh, sulit bangun pagi hari dsb.
Beliau memberi contoh hidup dalam diam, beliau berdoa, makan, kerja di kebun
dalam suasana hati penuh sykur. Ketika diajak bicara maka beliau akan bercerita
panjang lebar tentang keluarganya, tentang kampung halamannya, tentang pendidikan
suster zaman dulu, tentang kebun, pohon dll. Ceritanya tak pernah sama karena
otak daya pikir masih berfungsi dengan baik. Beliau belum pikun dan itulah yang membuat
ia bahagia karena masih ada yang bisa dikerjakan. Suster Materna suka sama binatang. Saya lihat
ia sering berbicara dengan Hedy (nama anjing di biara), mereka suka berjalan
bersama di kebun, bahkan seekali saya lihat Suster Materna menyuapi Hady. “Ah
senangnya Hedy” batin saya.
Ada rasa bangga
boleh hidup bersama suster sepuh tempat saya belajar
tentang hidup yang sesungguhnya. Tetap sehat terus ya Suster, doaku
menyertaimu. Saya ingin jika menjadi tua nanti
hidupku akan bahagia sepertimu. Amin
Mau foto di kebun |
Tertawa bahagia |
Sehat terus ya Suster |
Komentar