Milan
Rencana kami ke kota tua
Milan untuk bertemu dengan komunitas Suster Ursulin di sana. Milan
yang adalah jantung Italia bagian utara menjadi trio kota bersama Roma dan
Venice. Dari Brecia kami menyewa mini bus dengan seorang sopir yang ramah, baik
dan bersuara amat lantang.
Dengan sigap ia membantu kami meletakkan
barang-barang kami di bagasi dan dengan amat cermat dia mengatakan kalau
perjalanan ke Milan ini jauh karena sebelum ke Milan kami akan mampir dulu ke
Varalo.
Varalo ini sebuah tempat yang cukup penting
untuk St Angela. Suatu ketika nanti saya akan bercerita tentang kota mungil
yang indah ini. Setelah kami semua beres maka perjalanan kami mulai. Oh,
kira-kira 15 menit berjalan saya tiba-tiba teriak” Oh Tuhan”! Seisi mobil kaget
lalu memandangku dengan heran, ada apa gerangan? Dengan tersipu malu saya
mengatakan kalau kunci kamar yang saya tempati di Brecia kebawa di kantongku.
Wah celakalah, pikirku dengan cemas.
Sopir bis memandangku dari kaca spion
diatas kepalanya dan dengan lantang berkata” apakah engkau sedang jatuh cinta
sehingga lupa menitipkan kunci kamarmu itu? Sebetulnya saya malu dengan
pertanyaannya itu, maksud dia jelas bahwa saya sedang memikirkan yang lain
sehingga melupakan semua termasuk kunci. Memikirkan yang lain itu bisa juga termasuk
memikirkan seorang cowok ganteng, hehehhe....ada-ada saja bapak bule ini. Maka
bis berbalik arah dan kami kembali ke Brecia.
Begitu kami sampai di rumah para putri
Santa Angela, kebetulan ada seorang ibu yang lagi berjalan keluar menuju ke
gereja, oh syukurlah saya tidak perlu masuk ke dalam rumah yang luas itu. Maka
dengan terbata2 saya menyampaikan permintaan maaf dan dengan malu menyerahkan
kembali kunci bekas kamar saya kepadanya. Berikan sebuah pelukan sebagai tanda
ucapan maafmu, kata guide kami serorang Imam MSF yang membantu kami menjadi
penterjemah. Maka dengan sigap dan tanpa malu saya memberikan pelukan tulus
untuk ibu tua itu. Dengan postur saya yang pendek dan mungil maka saya dengan
mudah dirangkul oleh ibu tua dan agak gemuk itu dan dalam sekejap saya
tenggelam dalam pelukannya.
Lalu perjalanan kami lanjutkan menuju ke
Varalo dan seterusnya ke Milan. Perjalanan menuju Milan lancar dan cepat, jalan
lurus dan lebar dengan pemandangan yang indah khas musim semi. Banyak pohon
besar dan padang rumput hijau kekuningan di sepanjang jalan. Kadang-kadang kami
bertemu tanah-tanah pertanian yang luas.
Sepanjang perjalanan kami bermain teka
teki untuk mengisi waktu dan bernyanyi. Kadang kata-kata lagu kami plesetkan
sesuai sikon. Pak sopir yang baik itu diajak bicara oleh Pater yang menemani
kami dan mereka berbicara panjang lebar. Menurut beliau, kalau kita bercerita
dengan sopir pasti akan menambah pengalaman dan wawasan. Mengapa, karena orang-
orang seperti mereka cepat sekali mendapat info terbaru tentang apa saja, baik
itu info ekonomi, hukum dan politik bahkan issue-issue kemanusiaan
dan lingkungan hidup. Mereka itu hidup di jalanan jadi pasti tahu banyak hal.
Benar juga sih tapi secara pribadi saya
tidak terlalu suka kalau sopir diajak bicara ketika mereka sedang melaksanakan
tugasnya, karena menurutku akan mengganggu konsentrasi mereka dalam bekerja dan
bisa jadi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, hehehe....mungkin saya pada
dasarnya penakut jadi semua serba takut😍, tapi gak salahnya kan
kalau kita berhati-hati?
Ok kembali pada perjalanan ke Milan.
Tiba-tiba pak sopir mengatakan, ayo semua silahkan melihat ke arah kanan jalan,
serentak kami semua menoleh ke kanan dan di depan mata kami terhampar lokasi
luas penuh dgn bermacam-macam gedung dan peralatan. Kata pak sopir ini adalah
tempat pameran pariwiasata terbesar si dunia. Namanya La Borsa Internazionale
del Turisme (BIT) Milano. Orang Indonesia loh banyak yang datang ikut pameran
di sini. Oh keren ya, ini tempat yang hanya pernah saya dengar kehebatannya dan
sekarang saya bisa melihatnya sendiri walau dari dalam bis. Saya membayangkan
jika sedang ada pameran pastilah tempat ini ramai pisan.
Ok perjalanan kami lanjutkan lagi, tapi
kenapa tiba-tiba antrean untuk maju lama sekali? Kayak macet gitu tapi
panjanggggg sekali sejauh mata memandang. Bis kami mandek dan maju pelan
sekali. Pak sopir kelihatan gak sabaran dan agak menggerutu tapi dalam bahasa
Italia. Lalu ia melanjutkan lagi kalau macet seperti ini baru sekali ini
terjadi, pasti ada yang salah ini katanya lagi. Saya sendiri menikmati
kemacetan dengan memandang keluar melalui kaca bis, sesekali melihat ke bawah
menghitung tanaman dan pohon-pohon kecil di pinggir jalan di samping
aspal, hhehehe...iseng banget sih, iyalah harus kreatif mencari peluang biar
tidak bosen aja diam dalam bis. Rumput-rumput, biasa yang saya kenal bahkan ada
juga tanaman sayuran semacam sawi tapi pinggirannya ungu dan agak lancip
panjang. Nanti kalo saya ketemu nama daun ini saya kasih tahu ya. Daun ini bisa
dipakai untuk melengkapi sayuran salad, ada juga bunga-bunga kecil liar berduri
putih, ada juga rumput liar yang mempunyai bunga ungu agak
keputih-putihan kalau dalam bahasa Indonesia namanya Rumpi, bahkan saya melihat
ada beberapa magnolia putih yang tidak terawat, iya pasti tidak terawat karena
ia hidup di pinggir jalan dan beberapa rumput liar lainnya. Oalahh ternyata
penyebab kemacetan ini adalah ada truk yang terguling menutup jalan. Maka semua
pengguna jalan menunggu dengan sabar truknya lagi dibantu untuk minggir
sehingga kendaraan lain bisa melaju dengan baik. Syukurlah kami kemudian bisa
melanjutkan perjalanan dan tiba di Milan dengan selamat.
Yang saya tahu tentang Milan hanya sebatas
grup sepak bola nya yang bernama AC Milan, Grup bola kondang dengan kostum kaos
bergaris merah hitam dan celana putih (kadang juga hitam) Saya bukan Inferista
(sebutan untuk seorang fans klub sepak bola Inter Milan) Saya sih hanya sekedar
tau saja, bukan fans beratnya. Saya juga sedikit tahu tentang katedral Milan
yang megah dan elegan itu, tapi tidak pernah melihat secara langsung. Saya juga
tahu Milan merupakan surganya belanja orang-orang berduit, belanja barang
branded, hanya itu.
Maka ketika kami tiba di Milan, sukacitaku
semakin besar, saya akan melihat katedralnya yang megah, saya bahkan mau
mengambil foto-foto di tempat strategis dan mau saya tunjukkan ke bebebrapa
temanku atau keluarga peggemar AC Milan.
Gereja Katedral Milan
Lokasinya
berada di Piazza del Duomo, yakni di lapangan
utama di jantung kota Milano. Duomo Milano merupakan
gereja Katolik bergaya arsitektur Gothik, meruncing ke atas menatap ke langit,
atas menaranya paling tinggi ada Bunda Maria yang mungkin merupakan
pelindung katedral. (Kalau ini saya tidak berani mengatakan dengan pasti karena
saya sendiri waktu itu lupa menanyakannya, saya hanya membuat kesimpulan
sendiri berdasarkan apa yang saya lihat saja). Pembangunan katedral ini membutuhkan
hampir 6 abad untuk menyelesaikan bangunan ini. Lama amit, ya iyalah pasti
lama, katedral megah dengan detil-detil yang sangat mengagumkan, dapat
menampung 40 ribu orang di dalamnya. Astaga....., dan menjadi salah satu yang
paling banyak dikunjungi wisatawan di Eropa. Ia menjaadi landmark kota Milan
yang mampu menyedot jutaan pengunjung tiap tahunnya. Tegak menjulang bernuansa
putih tulang. Di depan katedral ini ada semacam tempat luas semacam alun-alun
yang disebut Palazzo Duomo, di sini banyak orang hadir berhimpun, ada yang
memuja keindahan ataupun mengumpulkan rejeki dengan berbagai macam cara,
misalnya ada gelang perdamaian yang diikatkan ke tangan kita atau tawaran
bebijian makanan burung merpati yang jinak, yang semuanya bermuara pada berbagi
rezeki bahkan dengan nada paksa.
Katedral ini dibuka setiap hari dari
pukul 08.00 sampai 21.00 untuk wisatawan yang ingin beribadah atau sekedar
melihat-lihat isi bangunan dan peninggalan-peninggalan yang bersejarah. Saya
sempat melihat rincian harga tiket untuk masuk duomo, hehehe... masih sempat
aja ya.... Kalau masuk Museum Duomo kita akan dikenalan biaya 2 euro, kalau mau
naik litf ke teras Duomo kita akan dikenakan harga 13 euro, kalau untuk anak
hanya membayar 7 euro. Naik ke teras menggunakan tangga hanya 8 euro untuk
orang dewasa sedangkan untuk anak hanya membayar setengahnya yakni 4 euro.
Masuk ke ruang Archeologi dikenakan biaya 4 euro untuk yang berusia di bawah 26
tahun. Perlu diketahui juga untuk masuk ke katedral ini
diberlakukan beberapa persyaratan bagi para pengunjung. Tidak
boleh membawa barang-barang mencurigakan, dilarang menggunakan
pakaian seksi, jika pengunjung membutuhkan kain tambahan karena jika ia sudah
kadung berpakaian seksi maka petugas menyediakan semacam jubah yang bisa dipinjam
untuk dipakai selama berkelana di dalam katedral.
Masuk ke dalam katedral melalui antrian
yang panjangggg sekali, ah gak apa-apa, kami antri dengan sangat tabah, karena
memang sudah ada niatnya, datang jauh-jauh ya memang tujuannya masuk dalam
katedral. Tiba di dalam saya terpana, pilar-pilar gereja yang besarnya luar
bisa, mungkin kalau sepuluh orang berdiri di baliknya bakal gak ketauan loh.
Lantainya keren sekali, dan banyak sekali patung orang kudus secara khusus saya
melihat jenazah beberapa uskup, tentu saja bukan jenazah asli, yang dibaringkan
dalam peti kaca dan diletakkan di beberapa tempat khusus semacam kapel kecil.
Saya bilang kapel karena selalu tersedia latar untuk misa. Hampir pasti semua
basilika atau katedral memiliki kapel-kapel kecil seperti ini. Karena kapel ini
terbuka jadi kita bisa langsung tau. Berjalan keliling katedral dengan bertemu
begitu banyak orang membawa aura tersendiri bagi saya. Saya memang tidak
memperhatikan dengan detil tapi saya mencatat beberapa hal positif yang saya
tangkap selama saya berada dalam katedral ini. Suasana suci sangat terasa, dan
semua orang yang ada bersama saya hanya punya dua tujuan yaitu berdoa atau
menikmati keindahan.
Tujuan saya tempat lain di dalam
katedral ini adalah makam St Carolus Boromeus, uskup, pendiri tarekat para
Suster Carolus Boromeus yang biaranya tersebar di banyak tempat di
Indonesia. Itu tempat suci, maka langkah kaki kami mengarah ke sana, menapaki
anak tagga turun kayak ke lantai bawah tapi sebetulnya tidak ke lantai bawah,
hanya turun dikit. Banyak pengunjung yang juga punya tujuan seperti saya, kami
ingin berdoa di makam orang suci ini. Ada semacam lorong panjang untuk sampai ke
tempat itu, di dinding-dinding lorong ini banyak terpasang gambar St Carolus
Boromeus, juga dengan beberapa cerita tentang riwayat hidup beliau serta semua
mukjizat yang pernah orang lain alami sehubungan dengan devosi kepada beliau.
Saya berdiri tepat di depan makamnya, dalam hening saya berusaha untuk
mengadakan dialog dengannya, kami bercerita banyak hal.
Orang kudus ini juga menjadi bagian
hidup dari St Angela pendiri terekat kami, maka dengan menapaki jalan kehidupan
St Angela, kami juga bertemu St CB ini. Kamar yang menjadi tempat makamnya
adalah ruang yang bersih. Banyak sekali hiasan indah, menurut saya orang suci
ini dulu adalah pencinta keindahan. Semua orang yang ada bersama saya saat itu
terlibat dalam doa yang panjang, saya sendiri terharu melihat mereka, dan
dengan tulus hati pula saya bilang ke Tuhan, semoga Engkau mengabulkan doa-doa
mereka ya Tuhan.
Keluar dari makam St CB, saya bergerak
menuju ke tempat lain dalam katedral megah ini, melihat-lihat semua yang ada
sambil berdoa, tak lupa saya juga memperhatikas orang-orang yang saya temui,
banyak sekali gaya mereka, ada yang sembunyi-bunyi foto, walau sebetulnya
dilarang loh, saya juga ya pengen sih berfoto tapi malu ah, jadi biarlah semua
yang saya lihat saya simpan dalam lubuk hati yang paling dalam. Di samping
katedral Milan ada semacam jalan atau galeria ya, ini loh rumahnya barang-barang
branded asli. Nama galeria ini adalah The Galleria Vittorio Emmanuelle II
dengan arsitekturnya yang megah. Mata memandang ke atas lorong atap yang saling
bertemu di kubah utama, jika mau menunduk maka kita bisa menikmati unik dan
indahnya pola ubin atau kalau mau menikmati pajangan barang dagangan di
gerai-gerainya, ok saja.
Saya bersama teman-teman berjalan sambil
melihat sekeliling dengan takjub, bagus sekali tempat ini. Ia persis berada di
samping katedral, sejauh mata memandang, saya melihat papan iklan bergengsi dan
elegan. Ah saya mah cuman sebatas cuci mata, asli. Tidak ada keinginan untuk
bertanya macam-macam tentang barang-barang itu, selain karena saya tak pantas
memakai juga karena tak punya uang, hahahhahaha....
Kunjungan ke Biara
Selesai dari katedral megah itu, setelah
foto-foto sepuasnya, kami beranjak menuju biara kami, letaknya juga menurut
saya tidak terlalujauh ke sana. Saya ingat kami berjalan kaki kok ke sana. Maka
mulailah kami semua dengan penuh semangat berjalan ke sana. Seperti di negara-negara
maju lainnya, jalanutama kota amat teratur, demikian pula trotaornya yang
bersih dan bebas dari para pedagang kaki lima. Kami berjalan bebas di trotoar
sambil bercengkrama, bahkan sambil melihat-lihat sekeliling. Untuk saya acara
melihat-lihat ini amat penting, belum tentu saya bisa datang lagi ke tempat
ini. Maka sambil berjalan paling depan, saya dan Ping ngobrol memberi
komentar-kpmentar tertentu, misalnya ketika melihat toko makanan, atau melihat
ibu-ibu tua yang berjalan pelan, kami pasti beri komentar dan memberi salam,
sampai tak terasa kami berdua kebablasan, yang seharusnya belok masuk gang,
kami berdua malah keterusan, akhirnya kami diteriakin oleh teman-teman yang
lain, ihhh sebel diteriakin begitu, tapi sambil nyegir kami berbalik dan
berjalan ke arah yang benar. Kami sampai di biara, rumah megah bangunan tua
dengan banyak jendela tinggi dan besar.
Kami masuk dan bertemu banyak sekali burung
warna warni dalam sangkar, ah ternyata jauh-jauh datang saya bisa lihat burung
tropis di negara yang memiliki 4 musim. Sempat saya terpana memandang
burung-burung itu, cantik sekali.
Kami sudah ditunggu oleh para suster di
ruang makan yang besar, dengan meja makan yang penuh makanan, tapi ya makanan
bule, mereka dengan penuh sukacita menyambut kami, kebanyakan sudah tua, lalu
kami diajak makan bersama. Saya perhatikan, kamar makan ini dekat sekali dengan
dapur, seorang ibu sibuk melayani kami, karena melihat kesibukan itu maka
serentak kami ikut menolong mengatur meja makan. Para suster tua memandang kami
dengan sumringah, barangkali mereka senang melihat kami banyak orang muda
terlibat dalam kerja yang sederhana ini.
Seorang suster tua mengajak kami dari
meja ke meja untuk segera makan, ah, terharu hatiku, mereka menunggu kami untuk
makan padahal saya tahu kalau waktu makan untuk mereka sudah agak lewat, dikiit
tapi. Makan siang berlangsung dalam suasana gembira dan akrab, saya mencoba
makanan yang ada, dan berusaha makan dengan lahap, biar tuan rumah tidak
kecewa. Begitu selesai dan waktunya kami pulang, para suster itu memberi kami
hadiah kecil yakni miniatur katedral Milan. Aha... betapa semarak hatiku
mendapat hadiah ini. Kami pulang diiringi lambaian tangan para suster dengan
muka terharu. Tetap sehat ya Suster, doa kami semoga ada penerus masa depan
untuk menjawabi panggilan Tuhan yang berasal dari hiruk pikuk kota Milan.
By the way kami harus pulang, tiket kami
pukul 16.00, itu berarti kami sudah harus berada di stasiun paling lambat pkl
15.00. Perjalanan ke stasiun tidak membutuhkan waktu lama, maka kami segera
bergegas ke sana. Perjalanan ke stasiun kami tempuh tidak lama, kami berjalan
kaki lagi . Minibus dan sopir kami tadi sudah kami tinggalkan lama
di katedral megah Milan. Sampai stasiun, tanpa membuang waktu, segera mencari
kereta kami, semuanya lancar, kami menunggu beberapa saat, dan begitu keretanya
tiba dan semua penumpang keluar, maka kami bersiap untuk naik. Transportasi
yang paling mudah adalah adalah kendaraan umum namanya Metropolitana Milano.
Kereta api bagus dan modern, pramugaranya cakep dan selalu hilir mudik
menawarkan minuman dan lain sebagainya.
Terima kasih Tuhan untuk pengalaman hari
ini, kami tiba di rumah di Roma dengan selamat dan hari sudah malam, maka
dengan penuh semangat kami mencari bis untuk kembali ke rumah. Hello Milan,
barangkali suatu saat kita berjumpa lagi, gak ada yang tahu kan?
Megah |
Piazza del duomo |
Ini tepat di puncak katedral |
Hai, jauh-jauh saya datang untuk jumpa kamu |
Komentar