Pohon Kau Kusayang

 

Karena kami hidup Bersama bumi tercinta yang umurnya sudah tua, maka kami wajib memelihara dan menjaga bumi. Hal ini sebagai tanda cinta serta   melestarikan pesan Bapa Paus Fransiskus dalam ensikliknya Laudato Si

Upaya sederhana dan beberapa kisah menarik dan lucu sekitar lingkungan seputar rumah dan sekolah ini  bagian dari upaya kami yang sederhana untuk menjaga bumi.

Kisah-kisah  di bawah ini memberi warna tersendiri bagi lingkungan kami sekitar.


Robohnya Pohon Kami



Sudah 3 pohon roboh di komplek rumah dan sekolah kami dalam 2 bulan terakhir.

Ada beberapa penyebab utama. Pertama angin yg tak bersahabat, kedua : akar pohon yg membusuk mungkin karena digerogoti rayap dan yg terakhir dan menjadi penyebab utama adalah usia tua.

Rata2 usia ketiga pohon ini tua sekali mungkin menyaingi usia rumah kami yg kuno dan tradisional ini.

Rasa sedih pasti karena peristiwa ini yakni siang menjadi lebih terik di kompleks rumah kami, karena daun2 rimbun yg biasa memberi keteduhan dan angin semilir sudah tidak ada. Tetapi dibalik semua itu ada rasa syukur dan ucapan terima kasih tak terhingga pada pohon2 ini.

Mereka roboh ketika kompleks rumah dan sekolah kami sudah sepi (jam anak pulang sekolah). Para pohon itu menunggu saat yg tepat utk jatuh ke bumi.

Hal yg membuat syukur adalah cara roboh pohon ini selalu ke tempat yg lapang dan tdk membuat kerusakan atau korban orang atau bangunan.

Pohon pertama roboh pd pagi subuh ketika kami sdh mau ke gereja. Robohnya ke arah jalan besar dan sepi. Tidak ada kendaraan lewat atau org lagi jalan di trotoar. Yg rusak hanya pagar tapi sedkit.

Pohon kedua mencium bumi ketika siang hari jam 3 setelah sekolah sepi dan robohnya ke arah halaman tengah sekolah sehingga tdk merusak apapun

Pohon ketiga yg baru saja pamit pada kami adalah pohon asam gedeee sekali dan robohnya ke arah sungai. Tidak membuat kerusakan baik itu rumah tetangga atau yg laiinya. Hnya tembok dan sedikit atap kanopi lorong.

Barangkali ini efek dari tiap hari mengajak mereka ngobrol membuat mereka (pohon) nurut apa yg saya minta. Setiap hari sy memang berbicara pada mereka spy ketika saatnya mau roboh tolong jangan membuat kami susah dan ternyata mereka nurut. Tidah hanya itu, sy juga minta spy pohon dan tanaman ini berbunga, tumbuh subur dan menghasilkan buah.

Terima kasih pohon engkau telah berjasa pada kami sekian lama dan saatnya skrng engkau lapuk dan mati. Terima kasih Tuhan engkau telah membuat pohon ini menjadi besar. Memang biji itu harus mati supaya bisa menghasilkan buah, kata Tuhan Yesus. . 😍😍😍

 Halaman Sekolah Kami

Halaman kami luas, pohon kami bnyak, lorong kelas kami bersih sehingga kami dapat membaca di mana saja. Dengan iringan musik lembut kami mulai membaca. Semua kami terlibat mulai dari bapak dan ibu guru, serta semua dari kelas 1 sampai kelas 6. Kakak2 kelas besar bisa dengan tenang membaca dan menikmati musik tapi adik2nya,masih membaca dengan suara kencang. Hehehe...tidak apa2, yang penting mencintai buku😍

Hasil Kebun

Tandan besar penuh dgn buah itu roboh. Krn itu sebelum mencium bunyi dikasih kayu buat nyanggah. Kayu juga lewat krn terlalu berat. Akhirnya patah. Sama pemilik kebun dibiarkan lalu ditutup pakai kain krn sebwntar lagi matang pisangnya

Begitulah akhirnya setiap selesai makan, masing2 ke kebun utk ambil buah sebgai makanan penutup,

Makin lama buah matang makin habis dan menunggu yg masih hijau utk giliran matang pohon

Keren bukan, kebutuhan buah terpenuhi langsung dari pohon dan tdk membuat busuk krn si buah masih bergantung pada pokok pohon.

 Bantaran Sungai

Cerita lain yang cukup menarik adalah ketika kami pergi ke bantaran sungai untuk menanam. Dengan memakai caping, megang kantong sampah, pakai masker dan perlengkapan perang lainnya, kami berjalan menuju bantaran sungai dekat rumah kami

Tujuan kami ingin pungut sampah di pasar hari Minggu tersebut

Banyak orang melihat kami lalu ikut membantu kami pungut sampah, demikian juga anak anak yg lagi main, serentak ikut ngambil sampah dan meletakkannya di kantong sampah kami, pdhal kami tdk mengajak mereka

Begitulah, mungkin ini yg dinamakan penularan kebaikan tanpa kata, hanya dengan melihat apa yg kami lakukan, mrk tergerak hati utk menolong

Kata bapak bapak yg kami ketemu di lokasi, " baguslah kerja anak anak ini, daripada sampahnya di makan ikan"

Kami bingung apa maksudnya ya, ternyata ia mau mengatakan kalo sampah dibuang ke sungai pasti akan menjadi santapan ikan dan ikan pasti mati, heheheh....

Tuh kan orang orang juga pada tahu kalo sampah itu harus dibuang pada tempatnya.

 

Buah Jambu

Oh ya kami memiliki kebun  yang luas. Di dalamnya kami menanam beberapa macam sayuran dan buah. Jambu kristal salah satunya. Baru tahu kalo jambu kristal ada yg warna putih dan ada yg merah. Taunya putih semua. Dalam sebuah perjalanan melayat orangtua kawan kami di Cilacap, antara Kabumen dan Banyumas, kami bertemu deretan kios jual jambu kristal putih. Nampak bagus dan memang enak rasanya. Kami beli dan langsung makan di tempat, sebagiannya lagi buat bekel perjalanan pulang nanti.

Penjual jambu lalu menawarkan kami bibit jambu dalam polibeg sambil meyakinkan kami kalo bibit itu benar jambu putih. Tak apalah kami beli beberapa pohon utk ditanam di kebun. Lama kami menunggu nunggu kapan dia berbuah. Nah skrng si bibit jambu ini sdh berbuah lebat, kami membungkus buahnya biar gak ketauan sama ulat buah atau bekicot. Lha ternyata kami lupa kalo ada si kampret. Penciuman kampret tajam sanpe menembus koran pembungkus, nah baru ketauan kalo buah jambu yg tadinya kata si penjual putih telah berubah menjadi merah. Entah krn penjualnya salah memberi info atau krn kondisi tanah di kebun sehingga membuat warna putih bermetamoforsis jadi merah. Ketika tau kalo warna merah, agak sebel sih tapi setelah membaca artikel jambu kristal lebih teliti jadi hilang sebelnya, hehehe.....

Suweg

Beberapa waktu lalu kami diberi tetangga umbi suweg. Suweg adalah tanaman anggota marga Amorphophallus masih kerabat dekat dengam bunga bangkai raksasa. Karena susah cara ngolahnya (kalo tdk hati hati maka bisa bikin gatal bagi yg makan) maka kami diamkan saja. Lama lama muncul kuntum dan kembang segede gajah lalu jadi manis ketika dipajang. Bentuknya mirip bunga bangkai ini yg jadi daya tarik kami semua utk terus memperhatikannya tiap hari. Gak usah jauh jauh ke Bengkulu lihat bunga bangkai, lihat kerabatnya aja di rumah kami, tapi jgn skrng ya. Tunggu saja setelah musim covid berlalu, hehehehe...😍😍😍😍



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard