Sebuah Perjumpaan Ke II

Sebelum berangkat ke Bandung saya test antigen di sebuah laboratorium swasta di kota Madiun. Petugasnya ramah dan dengan lembut ia mengingatkan prosedur singkat cara pengambilan sampel dan menunjukkan nama saya yang dengan jelas sudah tertempel di sebuah tabung. Ia juga menunjukkan alat yang akan dipakai yang mash terbungkus dan segel dalam sebuah plastic. 

Ok, test dimulai Mengapa saya harus melakukan test antigen? Apakah untuk kenyamanan diri saya sendiri? Apakah untuk kelegaan saya jika hasilnya saya sehat? Ataukah untuk sebuah syarat perjalanan? Yang terpenting untuk saya adalah hasil test untuk memberi kenyamanan bagi orang yang akan saya kunjungi, bagi kota yang akan saya datangi juga untuk kebaikan banyak orang yang akan menjadi teman-teman saya selama berkegiatan. Saya ingin orang lain tidak merasa takut jika berdekatan dengan saya sekaligus saya juga ingin menrasa nyaman karena tidak membuat orang lain gelisah, hehehhehe… sama saja sih artinya ya 

Perjalanan ke Bandung lancar, banyak dari antara kami yang pergi ke kota dingin ini. Caranya supaya kami tidak bertemu banyak orang dan memberi ruang untuk masuknya covid maka, teman2 kami para suster yang berada di kota paling timur pulau Jawa yakni Surabaya mengusahakan sebuah bis besar. Para suster yang dari Malang datang dengan mobil biara Malang, masuk bus lalu rombongan meluncur keluar Surabaya kearah barat. Para suster yang tinggal di Madiun dan mau bergabung di bis yang sama ke Bandung telah menunggu di rest area paling dekat kota mereka, demikian juga para suster yang ada di Solo, Klaten dan Yogya. Mereka telah menunggu di rest area terdekat dengan perlengkapan bekal makanan yang cukup untuk sebuah perjalananan jauh 

Rombongan kami dalam bis ada belasan orang dan semua kami sudah melakukan rapid test antigen bahkan ada yang melakukan test swab PCR, jadi situasi dan kondisi aman. 
Kami bergembira karena setelah sekian lama tidak jumpa, jadi banyak cerita yang mengalir. Sambil tetap menjaga protocol kesehatan misalnya duduk agak jarak, hanya satu orang di tiap kursi gandengan. Kami juga semuanya diwajibkan memakai masker kecuali saat makan dan minum 

Di Bandung kami sudah ditunggu oleh para suster pemimpin kami dengan memegang tabung disinfektan, semprot seluruh badan kami, barang-barang kami semuanya disemprot tak terkecuali oleh-oleh. Para bapak security menolong kami dengan mengukur suhu. Saat itu hari sudah mulai malam. Situasi penuh persaudaraan dan rasa cinta. Kami yang baru datang dari luar kota merasa diterima dengan baik dan gembira. Setelah acara semprot2 disinfektan selesai, kami mulai mencari kamar masing-masing dan diarahkan menuju kamar makan. 
Di sana sudah tersedia rawon daging panass. Aduh enak banget, ditengan hujan dan angin dingin, kami menyantap rawon. Rawon itu makanan kesukaanku dan saya tau dengan jelas, rawon hasil dapur biara di Bandung itu tidak tandingannya dalam soal kelezatannya 

Sekali lagi demi kenyamanan banyak orang maka keesokan harinya setelah dari gereja saya pergi antri untuk tes antigen di sebuah lab di ujung jalan SUpratman Bandung, dekat Pusdai. Wah banyak sekali yang antri, kata orang-orang yang saya tanya, katanya kalo hari Minggu pasti lab pada penuh karena saat itu saat yang tepat untuk karyawan test antigen. Banyak kantor yang meminta karyawannya untuk setiap minggu melakukan tes antigen. Pasti itu untuk kenyaman kerja dan dengan sendirinya kantor menyediakan dana untuk itu 

Seorang bapak menawarkan diri untuk membantu saya mengambil antrian sekalian dengan antrian untuk sang istri yang juga hendak test antigen. Sambil menunggu saya memperhatikan semua orang yang hadir, saya agak mengambil tempat yang jauh dari kerumuman untuk menghindari penyebaran virus. Orang-orang yang sedang antri itu ada yang memilih sambil berjemur, olah raga ringan, duduk di tempat tersendiri agak jauh sambil main Hp. 

Saya? Kebetulan saya membawa buku bacaan sehingga sambil menunggu saya membaca. Bapak yang membantu saya ternyata meminta bantuan satpam agar mempercepat nomor antiran istrinya dan dengan senidirinya saya juga katut. Apakah mungkin si bapak memberi sogokan atau gimana, saya tak mau negative thingking. 

Lalu giliran saya memasuki kamar kecil dengan petugas berpakaian astronaut. Saya minta ijin kepada petugasnya untuk memberi disinfektan pada kursi yang akan saya duduki. Saya bilang.  
“ permisi mbak saya mau semprot kursinya, boleh?” 
Si petugas menjawab saya katanya, “ apakah saya sudah berubah jadi imutt ya, atau suara saya berubah merdu ya, hehhhe” 

Kaget dan dengan cepat saya menoleh kearah petugasnya karena suara yang saya dengar terdengar berat, oalahh ternyata yang mau memberi test ini bapak bapak to, kiraian embak. Saya juga tak mau kalah dan bilang, “ maaf Mas, saya keliru soalnya pada memakai pakaian kayak gini gak jelas, mana cowok dan mana cewek, tak apa kan, cuman salah panggil kok tak akan mengubah Mas, hehehhe 

Dengan hasil test antigen negative, saya mulai masuk dalam pertemuan dengan banyak orang di rumah biara kami yang besar dan banyak kamarnya. Rumah kami ini sudah direnovasi dengan sangat bagus dan mengubah banyak bagian menjadi rumah retret yang indah. Kebun dan taman yang rapi, air bersih banyak, kamar mandi dalam untuk setiap blok dengan 3 kamar tidur. 

Pokoknya rumah retret kami ini nyaman. Jarak antara satu tempat dengan tempat yang lain jauh sehingga protocol kesehatan dapat diterapkan dengan baik. Berjumpa dengan banyak orang di tengah masa pendemi ini bukan sebuah malapetaka. Pandemi covid 19 tidak membatasi kami untuk berkumpul dan membicarakan perkembangan biara kami. 

Kami masih bisa meeting dengan baik, masih bisa saling mendengarkan, masih bisa belajar dari orang yang lebih pandai dari kami, masih bisa mendengar sharing dari banyak kawan kami yang mempunyai pengetahuan lebih dan lain sebagainya. 

Lebih ke dalam, perjumpaan dengan banyak orang dalam situasi sepereti ini memampukan kam untuk bertemu dengan Tuhan kami. Lewat percakapan, lewat refleksi yang mendalam, lewat waktu berdoa yang banyak, atau dengan cara mendengarkan instrument music yang merdu, kami dapat bercakap-cakap dan berjumpa dengan Tuhan. 

Yang tak boleh dilupakan adalah ketika bertemu dengan alam ciptaan di sekitar kami Di sekitar kami ada banyak pohon besar yang saya kira sudah banyak usianya, pohon yang indah untuk digambarkan diatas kertas dan bisa membuat fantasi kita berjalan jauh untuk bertemu sang penciptanya. Selain pohon ada rumput yang segar, tanaman lain yang cantik, sayur-sayuran di kebun. Udara yang sejuk dan angina dingin membantu kami untuk bertemu Tuhan. Bukankan dalam alam ciptaan ini Tuhan hadir Ketika merasa gembira karena bisa berdialog dengan pohon dan udara, ada rasa gembira dalam hati, ada keinginan untuk memuliakan keagungan Tuhan. 

Dalam hening kami bisa menangkap apa yang mau disampaikan oleh pohon, oleh udara bersih yang kami hirup. Oleh desau angina diantara dedaunan. Kebun yang luas mengirim pada kami suara-suara burung yang merdu. Ia selalu berbunyi pada pagi hari atau pada sore hari. Ketika mendengar suara burung yang paling halus ini, makin nampak keheningan batin. Dengan hening bisa mendengar suara Tuhan. 

Itulah perjumpaan yang sesungguhnya, perjumpaan dengan saudara setarekat, sapaan yang saling meneguhkan, percakapan yang membantu kami untuk membuka diri serta dialog dengan alam ciptaan, inilah makna perjumpaan dengan Tuhan. Saat seperti inilah kita menjadi tau apa yang IA inginkan, IA ingin kita memuliakan namaNya, IA yang kuasa 

Dengan rahmat perjumpaan yang besar ini, memampukan saya atau siapa yang saja yang menyadari perjumpaan ini untuk berbagi rahmat dan kasih kemuliaan Tuhan ini kepada orang lain. Karena saya sudah menerima banyak maka saya wajib dalam tanda petik berbagi. Berbagi rahmat perjumpaan membawa kegembiraan tersendiri, selain saya semakin kaya, rahmat ini akan semakin menjadi milik saya, semakin membawa tanda rahmat bagi sesama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard