Mengenang Mama di Hari Ulang Tahunnya

Perempuan manis dan lembut itu kami panggil Mama. Umurnya masih amat muda ketika menikah dengan seorng pria yang kami panggil Bapak. Mama dulu rambutnya panjang dan agak ikal. Salah satu ciri khasnya adalah punya tahi lalat besar di pelipis atau diatasnya pipi. 
Mama suka cerita ketika dulu menyusui kami anak-anaknya tangan kami terjulur ke atas memegang tahi lalat itu mempermainkan sampai kami tertidur pulas karena kekenyangan. 
Mama tidak menyelesaikan sekolah formalnya, saya pikir itu karena alasan ekonomi, orangtuanya tidak cukup punya biaya untuk membiayai sekolah anak-anaknyanya. Maka mungkin itu juga penyebab mengapa Mama menikah muda.

Perempuan cantik ini bertemu dengan suaminya entah di mana tapi menurut cerita keluarga ayahku Mama ini amat disayang oleh suaminya. Dengan perawakan yang kecil dan mungil mama sangat piawai mengurus rumah, merawat anak-anaknya yang beraneka ragam sikap dan perilaku. Jaman itu belum ada teknologi yg memadai, belum ada listrik yang terang benderang selama 24 jam. Kebayang mama saat itu denagn peralatan seadanya ia mampu mengurus rumah tangga dan suaminya dengam cekatan dan baik. 
Mama rajin, itu yg kutangkap setelah aku mengerti tentang kerjA. Mama sigap karena dalam keadaan apapun ia selalu tampil gagah dan garang tanpa melepaskan kelembutan hatinya. Mama selalu siap sedia ketika kami butuhkan. Hal menarik yg kukenang dari mama, sebetulnya suara mama itu lembut tapi kadang kala mengelegar seperti geluduk di senja hari. 
Beliau kalau membangunkan kami pagi hari dan kami masih malas-malasaan maka siap-siap saja, tinggal tunggu mendengar langkah kaki di lantai itu antara dua yang ia bawa. Kalau bukan air di ember berarti sapu. Maka berloncatanlah kami dari tempat tidur masing-masing lalu pura-pura beres tempat tidur dan lain lain. 
Lain waktu saya mengenang kebaikan mama kalau lagi menjahitkan baju untuk kami. Mama itu punya kemampuan bikin baju tapi dalam skala kecil. Maksudnya hanya khusus untuk kami anak-anaknya. Baju kami yg sudah lama dan lapuk dibongkar lalu dijadikan patron. Paling sering mama menjahit seragam sekolah untuk kami. Saya mengerti mama tidak punya cukup uang untuk memberi seragam tiap tahun untuk kami semua anaknya yang sekolah. 

Tapi ada hal yang menjengkelkan kalau mama lagi jahit. kami harus berdiri di samping beliau dan mesin jahitnya. Atau paling kurang kalau lagi kepingin main di mana gitu maka kami siap-siap untuk mendengar suaranya memanggil kami berdiri lagi di sampingnya karena beliau perlu ukuran badan kami. 
Ah sebelnya waktu itu. Rasanya waktu main kami tersita gara-gara kegiatan mama menjahit. Baju jahitan mama rapi dan kami dengan bangga memakai ke sekolah. Pernah mama menjahitkan kami baju misa, sederhana tapi manis. 

Pagi setelah kami ke sekolah Mama mulai dengan pekerjaan yang sebenarnya. Ingatanku melayang tentang hal ini. Mama biasanya bersih-bersih rumah dan mencuci. Tentang mencuci ini mama pernah punya cerita sedih. Tangannya pernah berdarah karena kena silet yg ada dalam kantong baju salah satu kakakku. Rupanya kakakku menyinpan silet di kantong lalu lupa mengambilnya. Baju itu sudah keburu direndam sabun.  Akhir kata terbitlah sebuah peraturan di rumah, baju kotor setelah dipakai mesti diperiksa sebelum diletakkan di bak cuci. 

Tentang mencuci ini kami punya pengalaman bahagia. Beberapa kali kami diajak mama pergi ke sungai membawa cucian dan sabun. Kami mencuci di sungai sambil bernyanyi kecil dan tak terasa cucian beres. Pakaian kami jemur di pinggir sungai lalu kami mandi rame-rame ciprat sana sini sambil teriak gembira. 

Mengenai hal ini saya mengenang mama selalu menghitung jumlah pakaian yang kami bawa ke kali. Begitu kembali ke rumah beliau dengan sigap menghitung kembali . Mama suka takut jangan sampai ada baju atau kain yang hanyut terbawa air. 
Salah satu tempat favorit kami untuk mandi adalah Muara Sungai. Airnya banyak dan bersih, di pinggir sumgai ada pohon bidara yang buahnya tak pernah berhenti. Kadangkala kami memungut buah-buahan itu dan sambil mencuci kami saling membagi diantara kami. 
Ah kenangan yang tak pernah kulupakan. Ah mama betapa engkau mencintai kami, dengan segala kesederhaanmu engkau mempersiapkan kami menjadi manusia yang berguna, menjadi wanita-wanita mandiri yang mampu mengurus rumah dan keluarga. 
Salah satu kalimat yang selalu mama ucapkan adalah jaga kerapihan, bersih. Laki-laki itu menyukai wanita yang rapi dan bersih. Kalau kalian tidak bersih dan rapi nanti tidak dapat suami. 
Hehehhee....semoga Mama senang menatap kami dari surga sana dan mendoakan kami selalu. Selamat ulang tahun Mama, bahagia di surga. Sudah 13 tahun engkau pergi meninggalkan kami.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard