Sendok Kecil Tua Warisan
Pernah
melihat orang makan dengan menggunakan tangan? Atau kita sendiri pernah
merasakan makan nasi di piring pakai tangan? Sangat lezat bahkan mengalahkan
makanan dari restoran mahal. Walau cuma nasi putih panas, sambal tempe dan ikan
asin, serasa dunia milik sendiri, yang lain ngontrak.
Sebuah
peradaban yang ada di sekitar kita adalah sendok. Sendok melambangkan kemajuan,
bukan berarti orang yang pakai tangan itu masih kuno loh. Sendok melambangkan
kesopanan, bukan berarti makan dengan tangan itu tidak sopan loh, semua terpergantung
dari cara pandang kita masing-masing.
Berbicara
tentang sendok, bisa dikatakan ada berbagai jenis sendok yang dipakai oleh manusia
saat ini. Ada sendok untuk makan, ada sendok untuk ambil nasi atau centong ,
sendok lauk dan bahkan ada sendok yang dipakai untuk memasak.
Cerita
tentang sendok ini, saya teringat pasar. Di dekat rumah di kampung banyak
sekali dijual sendok baik itu dari bahan stainless atau kayu. Kalau dari kayu
biasanya centong nasi atau juga sendok panjang untuk masak makanan berkuah. Penjual
sendok dan barang pecah belah rumah tangga ini kebanyakan orang luar yang
datangmencari rejeki di kampung atau orang-orang dari kampung sebelah bahkan
juga dari luar pulau. Pasar sempit tapi ramai itu membuat kami mengenal banyak
penjual maklum di desa sehingga ke mana-mana pasti bertemu orang yang sama.
Masih
tentang sendok, saya masih ingat sendok di rumah saya. Ibuku memiliki sebuah sendok
kecil untuk membantu bayi makan. Sendok kecil ini terbuat dari stainlessteel
dan punya sejarah yang amat panjang dari anak pertama orangtua saya, sendok
kecil ini telah dipakai untuk menyuap kakakku yang paling besar dan begitu
seterusnya sampai dengan anak orangtuaku yang terakhir yang jumlahnya 11 orang,
kami semua memakai sendok kecil yang sama untuk makan. Luar biasa bukan?
Ibuku
pandai sekali menyimpan barang sehingga
sendok kecil itu amat awet hidupnya, barangkali juga karena si ibu mempunyai
kenangan yang indah dengan benda itu sehingga ia merawatnya dengan baik.
Mendengar cerita itu saya merasa amat takjub, bayangkan sendok kecil berusia
puluhan tahun, dipakai oleh setiap anak dan disimpan dengan baik. Saya
membayangkan seorang anak paling banter menggunakan sendok kecil ketika ia
sudah bisa makan makanan keras, sekitar usia 6 bulan sampai dengan 2 tahun,
setelah itu sendok diturunkan ke adiknya, sedangkan ia sendiri mulai memakai
sendok makan yang agak besar. Begitu seterusnya sampai dengan anak bontot nomor
11, berarti berapa usia sendok tua itu sebenarnya?
Untuk
ibuku sendok kecil itu mempunyai arti penting, sendok ini membantu anaknya
untuk bisa makan dan bertumbuh besar. Sendok kecil yang sama ini membantu ia
untuk berhemat dan mungkin menolong dia untuk memberi pelajaran kenapa tiap
anaknya untuk menyimpan sebuah kenangan manis. Bagaimanapun ibuku pasti
mempunyai alasan penting mengapa ia menyimpan sendok kecil yang tak berarti itu
sekian lama.
Untuk
saya pribadi, ketika melihat sendok kecil yang sudah berusia lama, saya merasa
betapa benda ini sangat berjasa untuk
kami. Tak terbayangkan ketika kecil seperti apa, mulut kami yang kecil
ketika membuka untuk menerima makanan yang disodorkan, oh betapa ibu yang
hebat. Sendok kecil itu melambangkan ia seorang ibu yang penuh perhatian, ia
ingin semua anaknya terawat dengan baik secara khusus dalam soal makan. Maka
saya berpikir betapa bahagia suaminya memiliki istri seprti ibu saya.
Ketika
telah hidup dalam biara, setiap melihat sendok kecil, saya ingat ibu, saya membayangkan
betapa ia sangat full attention pada semua anak tanpa kecuali. Sendok kecil
yang setiap saya pakai untuk mengaduk gula saat minum teh atau kopi membuat
saya teringat wanita tua bijaksana itu
dan pemberian dirinya bagi keluarga dan bagi kami semua anak-anaknya. Pemberian
diri tanpa tendesi macam-macam atau mengharapkan balasan.
Berbahagialah
engkau di surga Ibu. Mengenangmu tak cukup hanya mengingat semua kebaikanmu saja,
tetapi juga doa yang tiap hari
dipanjatkan agar engkau bahagia hidup bersama para kudus di surga.
Komentar