Masih Banyak ORang Baik


Dunia kita sedang sakit, negara kita juga sedang dalam masa kesusahan berat akibat merebak pandemi covid 19 sejak akhir tahun ini. Semua orang tanpa kecuali merasa cemas dan takut. Banyak kebijakan pemerintah yang akhirnya dibuat untuk memberi rasa aman kepada rakyatnya seperti semua sekolah meliburkan anaknya, anak belajar dari rumah, atau kantor-kantor pemerintah dan swasta memperkerjakan pegawai dari rumah atau yang kita kenal dengan WFH (work from home)

Bekerja atau belajar dari rumah pun menimbulkan persoalan tersendiri dan itu dialami oleh banyak orang, semua orang mengeluh macam-macam, tapi tidak tahu harus berbuat apa-apa. Tetapi untunglah di tengah situasi seperti ini masih banyak orang yang masih bersikap positip dan mau berbuat kebajikan.

Para pemimpin kita saat ini tengah berjuang keras untuk melindungi rakyatnya dari maut ini, mereka tidak berhenti bekerja, turun ke lapangan untuk membantu menyiapkan logisitk, mereka serius mengatur perekonomian bangsa agar tidak anjlok. Segara cara ditempuh dan dengan berbagai pertimbangan akhirnya mereka tidak membuat karantina bangsa kita ini.

Apakah sudah ada dampak tertentu? Kelihatannya masih belum, bahkan korban kian banyak berjatuhan, padahal apa yang masih kurang dan belum dilakukan oleh pemerintah? Dari pemerintah pusat sampai pemerintah daerah sudah membuat kebijakan-kebijakan tertentu yang intinya agar virus berbahaya ini segera pergi. Beberapa contoh bisa disebutkan: kebijakan ekonomi seperti diskon dan listrik gratis bagi semua orang pengguna listri dengan beberapa syarat tertentu, atau kebijakan untuk menunda pembayaran kredit lunak selama setahun serta banyak anjuran lainnya seperti WFH, sekolah dari rumah, menjauhi kerumuman, memakai masker dan mencuci tangan sesering mungkin, menjaga jarak satu dengan yang lain.

Pemerintah daerah dengan meilihat potensi daerahnya segera bertindak cepat untuk menjaga rakyat dan wilayah. Penyediaan disinfektan, penyemprotan,., penggnaan jam malam, memastikan penyediakan logistik dan lain- lain. Bahkan para pejabat daerah bekerja sama dengan semua komponen terkait, turun ke jalan, ikut semprot disinfektan, ikut keliling kota teriak halo-halo agar masyarakat tidak keluar rumah.

Bukan hanya pemerintah tapi hampir seluruh lapisan masyarakat berjuang dengan caranya sendiri. Yang paling nampak adalah banyak orang menyumbang uang dan makanan untuk dibagikan kepada orang yang terkena langsung dampak ini. Selain itu banyak lembaga sekolah atau yayasan lain yang menyiapkan tenaga untuk menyalurkan bantuan ini. Atau lain lagi konveksi rumahan yan gmenyiapkan masker gratis untuk dibagikan kepada semua yang membutuhkan. Bahkan sebuah konveksi terkenal  menjahit APD untuk dibagikan kepada para medis. Keren bukan, semua berjuang bahu membahu berperang melawan virus jahanam ini dengan cara masing-masing.

Perjuangan para medis memegang peran cukup penting dalam  hal ini. Mereka berada di garda depan merawat orang sakit. Dapat dikatakan mereka melupakan keluarga sejenak untuk tugas maha penting ini. Mereka meninggalkan rasa egois dengan peduli orang lain, lupa dengan kesehatan diri sendiri. Maka dalam banyak kasus banyak tenaga medis terpaksa harus meregang nyawa karena tertular langsung dengan pasien covid 19, dan itu terjadi ketika mereka sedang bertugas.

Membayangkan ketika para medis memakai pakaian astronout yang panasnya pasti amat sangat, karena ketika melihat tutorial pemakaian APD yang terdiri dari 4 lapisan, badan langsung meriang. Membayangkan rasa panas karena tertutup rapat selama kurang lebih 8 jam bertugas. Mereka juga tidak makan dan minum atau ke toilet dst. Ah wabah bengis ini, segeralah kau pergi, kami ingin hidup damai kembali.

Itu yang kelihatan, bagaimana dengan peran sesama yang tak kelihatan? Para perawat jenazah, para penggali kubur, para tukang semprot disinfektan di kampung-kampung, para petugas penjaga kota yang stay 24 jam untuk memeriksa arus lalulintas atau para pendatang? Mereka bekerja dalam diam, tak banyak cakap. Sontoh para penggali kubur, di tengah ancamanvirus dan taruhan nyawa mereka bekerja, karena mereka sadar, tak seorang ingin seperti ini, situasi seperti ini datang begitu saja tanpa diminta. Atau para penjaga kota yang tak hentinya bersiaga menjaga setiap sudut kota dari setiap pendatang. Artinya mereka tidak melarang para pendatang yang ingin berkunjung atau yang masuk dari luar kota, tetapi mereka ingin memastikan bahwa yang datang itu adalah para orang sehat. Jika ada yang terindikasi virus maka akan segera diurus dengan baik. Mereka ini bekerja siang malam tanpa kenal lelah.

Masih ada cerita lain yang tak kalah mirisnya, yakni para guru yang bekerja dari rumah. Mereka bekerja tanpa pamer sana sini atau berteriak bahwa kami sedang bekerja untuk mencerdaskan anak bangsa. Banyak dari antara mereka yang merasa bekerja dari rumah seperti robot, karena tak ada interaksi langsung dengan anak. Padhal kontak langsung dengan anak itulah inti sebenarnya dari belajar di sekolah. Ada guru yang mengeluh capek karena bekerja dari rumah, mereka bukan Cuma jenuh tapi hilang seluruh enegi, mengapa demikian? Karena ketika menatap anak di kelas, mereka menarik sebanyak mungkin energi positip anak yang lucu, yang polos dan jujur. Dengan mencium aroma anak, mereka merasa tenaga mereka pulih kembali. Bekerja dari rumah melelahkan, tapi mereka tetap tekun bekerja, setia mendengarkan anak curhat bahkan tidak jarang mereka ramai-ramai vicdeo calling untuk melepaskan rindu. Sampai di sini perasaan apa yag muncul dalam diri kita?

Selain itu tentang anak yang belajar di rumah, mungkin pada awal mereka masih dengan semangat belajar dan mengerjakan soal, tapi lama kelamaan mereka jenuh, mereka rindu gurunya, rindu bertemu kawan-kawan, mereka ingin mendengar celoteh atau omelan gurunya karena dengan itu mereka merasa disayang. Belajar di rumah membuat anak tak berdaya, mereka yang seharusnya punya banyak aaktivitas, kini harus berdiam diri di rrumah dan melakukan apa saja yang sudah tidak ingin mereka buat.

Belum lagi cerita para orangtua yang  membantu anak belajar di rumah. Mereka jadi paham bahwa ternyata sulit ketika bertindak jadi guru, mereka mengerti bahwa menjadi seorang guru itu tidak main-main sehingga ketika akhirnya mereka berjuang sekuat tenaga agar anaknya bisa mendapat ilmu. Tekun dan giat berusaha kadang disertai dengan marah dan kesal, itulah situasi orangtua zaman ini yang ikut membantu sekolah mencerdaskan anak bangsa dari rumah.

Masih banyak orang baik yang memiliki sikap positif di tengah pandemi ini. Mereka yang setiap hari membuka hati untuk menolong orang lain, mereka yang dengan tekun berjuang agar sesamnya bisa hidup dengan caranya masing-masing. Bagi yan gtidak bisa menyumbangkan tenaga atau uang untuk hal ini maka sebaiknya yang bisa kita lakukan adalah mengikuti anjuran pemerintah untuk diam di rumah dan berdoa. Dengan berdiam di rumah kita telah membantu pemerintah dans emua orang baik yang telah disebutkan diatas. Kita ikut menyumbang untuk tidak mempepanjajng penyebaran virus ini. Dengan tinggal di rumah, kita telah membantu memutuskan mata rantai wabah ini. Sambi berdiam dirumah mari kita sambil berdoa, memohon kemurahan Tuhan agar negara kita segera bebas dari penyakit ini dan kita semua bisa kembali hisup normal. Seraya berdoa dengan tekun, kita bisa melakukan apa yang bisa kita buat untuk membantu semua pihak, terlebih memberi kekuatan dan motivasi kepada keluarga kita, kepada sahabat dan kenalan kita. Motivasi ini bisa berupa nasihat, teladan hidup atau yang paling sederhana adalah memberi informasi yang benar tentang kenyataan dan situasi bangsa kita, kita tidak terlibat dan turut andil dalam menyebarkan hoax kepada orang lain, karena berita jenis ini akan memicu rasa panik orang lain bahkan lebih parah akan menimbulkan ketakutan di mana-mana. Bisa terjadi akan banyak orang yang mati karena rasa panik dan takut dan bukan karena virus.

Sekian ribu kali saya berdoa dalam adorasi di depan sakramen Mahakudus, dan sebanyak kali itu pula saya mohon rahmat pengampunan bagi kami semua orang berdosa, mohon rahmat kesehatan bagi semua orang yang saya kasihi, anak didik, guru dan karyawan mereka dan semua orang yang saya kenal.

Situasi sekarang dengan penyebaran virus setan yang berbahaya ini, mau tidak mau membuat kita harus lebih banyak berdoa dan berpasrah pada kehendak Tuhan, seraya taat  pada semua anjuran baik yang diberikan oleh para pemimpin kita.

 Stay strong, stay save.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard