Berkencan dengan RASA
Ketika bom menghantam
kawasan Sarinah Menteng Jakarta Pusat beberapa waktu yang lalu, muncul banyak
berita tagar #kami tidak takut#. Kami tidak takut adalah reaksi warga Jakarta
yang muncul dari kedalaman hati bahwa apapun yang terjadi kami tidak takut, bom
itu menghancurkan kota, tapi tidak hati kami, begitu kira-kira ungkapan rasa
warga saat itu.
Belum lama kita semua ribut
dengan banjir yang melanda beberapa tempat di Indonesia. Paling kentara
Jakarta, semua orang bercerita tentang banjir di kota besar ini, masing-masing
dengan cerita yang berbeda, tetapi lain orang memaknainya dengan canda dan tawa
sehingga menghibur walau derita. Air yang melimpah dan membahayakan banyak orang
mempunyai resiko tersendiri, harta benda hanyut, rumah terendam air membutuhkan
waktu lama untuk membersihkan, banyak sekolah meliburkan siswanya untuk
beberapa hari, kantor-kator sepi dan sebagainya. Apa yang kita rasakan? Sedih?
Takut? Jengkel? Gemes? Bisa bermacam rasa yang muncul. Segenap pejabat
pemerintah dan orang yang berkehendak baik berusaha memberi solusi atas bencana
ini sembari memberi rasa tenang kepada penduduk yang terkena bencana..
Pemerintah berusaha meminimalkan korban dan resiko agar kita bisa dengan tenang melalu proses ini.
Saat ini muncul persoalan
baru, dunia dilanda demam Covid 19. Masyarakat
panik, takut dan mulai berusaha untuk menyelamatkan diri. Ada yang menyetok
makanan, stok masker, melindungi diri dengan tidak mau bersalaman, cuci tangan
sesering mungkin, jika berada di tempat umum supaya lebih hati-hati, tetap
beretiket yang baik ketika batuk, bersin, makan yang cukup, istirahat dan lain
sebagainya. dll.
Setiap hari juru bicara
penanggulangi virus yang telah ditunjuk pemerintah mengumumkan kenaikan jumlah
penderita. Breaking news tentang ini membuat hampir banyak orang ketar ketir,
lalu menimbulkan reaksi yang beraneka ragam. Ada yang minta agar negara kita di
lock down atau istilah sederhana, karantina. Saking banyaknya respon penduduk
Indonesia dengan usul yang tiap orang mungkin beda, maka hampir pasti
pemerintah bingung. Dengan luas negara Indonesia seperti ini, kemungkinan untuk
mengkarantina tidak begitu saja bisa dilaksanakan. Ketika mengkarantina suatu
negara perlu pemikian yang panjang dan harus dipertimbangkan dengan matang.
Jika negara kita dikarantina, maka kemungkinan akan memperkecil penyebaran
virus, karena semua pintau masuk sudah ditutup. Tapi efek lain adalah ekonomi
negara akan lumpuh total. Belajar dari negara lain, saat ia mengkarantina
negaranya ia terpaksa meminta bantuan IMF, dan itu berarti dana moneter ini
berhak untuk turut campur dalam perekonomian negaranya.
Kembali pada situasi
bangsa Indonesia, dalam banyak hal untuk status ekonomi yang mampu, maka
karantina ini tidak berdampak. Sebaliknya jika bagi masyarakat ekonomi lemah,
yang sangat tergantung pada banyak orang, atau ia harus hidup hari perhari maka
akan timbul masalah sosial. Sehari dua hari tidak makan tidak apa-apa. Tapi
kalau harus menahan lapar selama 2 minggu? Hampir pasti terjadi kecauan di
mana-mana, bahkan bisa terjadi penjarahan, pencurian, dan masalah sosial
lainnya. Oleh karena pertimbangan seperti ini maka sampai dengan saat ini
negara kita belum dikarantina.
Saat ini para korban positif
corona virus tiap hari meningkat, bahkan bisa dikatakan melonjak dratis. Jumlah
yang meninggal pun makin banyak. Tidak hanya orang biasa pada umumnya tapi korban sudah menyebar
ke para medis. Beberapa dokter dnyatakan meninggal karena terpapar virus dari
pasien yang ia rawat, demikian juga tenaga perawat yang dialporkan sudah
meninggal 1 orang. Ini fakta dan menambah rasa cemas banyak orang. Berita horor
lainnya jika orang yang mati akibat paparan virus ini maka langsung akan
dikenakan SOP dalam proses pemakaman, tidak ada orang yang melayat, keluarga
hanya melihat dari kejauhan. Oh Tuhan jauhkan kami dan keluarga kami dari semua
malapetaka ini.
Tak kurang-kurangnya
pemerintah berusaha untuk memberi rasa aman pada masyarakat. Ada 100 lebih
rumah sakit di seluruh Indonesia yang disiapkan untuk mengantisipasi wabah ini.
Selain iitu tenaga medis dan peralataan kesehatan pun sudah disiapkan oleh
pemerintah demi kenyamanan masyarakat terlebih menjamin rasa aman. Pemerintah
juta tak henti-hentinya menghimbau masyarakat agar tetap tenang, dan menjaga
kesehatan mulai dari diri sendiri dan dalam keluarga. Pemenrintah juga menganjurkan
agar barangsiapa yang merasa mulai sakit agar segera ke dokter, tidaklah usah
menyembunyikan diri. Bahkan semua unsur pemerintah bekerja keras demi membantu
rakyat yang menderita. Seperti contoh Pertamina dengan segera mengumumkan akan
menyiapkan hotel-hotel mereka untuk menjadi rumah sakit korban covid 19, dan
saat ini persiapan sudah beres dan bisa dipakai.
Rasa aman itu amat sangat
penting. Seseorang akan merasa aman jika ia berada di situasi yang menyenangkan,
tidak membahayakan dirinya, situasi di mana ia bisa beribteraskid engan orang
lain tanpa takut dan cemas, kondisi di mana ia bisa bekerja dengan sungguh
tanpa ada tekanan ataur asa curiga satu dengan yang lain. Sama seooerti seorang
anak kecil yang sedang sekolah, ia akan merasa aman jika bertemu dengan guru
yang baik, jika ia bisa bermain dengan teman-temanya tanpa ada rasa jengkel dan
marah.
Penting juga kita menjaga
hati agar tidak mudah terpengaaruh oleh situasi saat ini. Ketika orang panik karena
mendadak harga masker mahal, bisa terjadi kita juga ikut panik lalu mulai
ikut-ikutan bingung, emosi tidak stabil karena takut kehabisan. Saat-saat
seperti ini sangat penting kita menjaga emosi agar tetap tenang dan percaya bahwa apa yang
sedang dibuat oleh pemerintah untuk mengsiasati virus ini pasti akan berhasil
dengan baik. Kita percaya bahwa banyak orang bahkan dari seluruh lapisan orang
di negeri ini berusaha agar virus yang berbahaya ini tidak berkembang semakin
luas.
Bagaimana supaya kita bisa
tenang? Kita semua berusaha untuk akrap dengan rasa ini. Jika sedang takut dan
cemas, boleh saja tapi anggaplah itu bagian dari pergolakan hidup. Ketika ada
rasa rasa takut terjangkit virus ini, maka kita perlu tenang dan berusaha untuk
mulai mengkonsumsi makanan sehat, banyak minum air putih, mulai berolahraga dan
beristirahat dengan baik. Ketika rasa panik melanda, maka perlulah kita belajar
dari orang lain, dari negara lain, di mana mereka berlomba-lomba untuk survival,
maka ketika panik melanda, taranmkanlah dalam hati bahwa pemerintah akan berjuang
sekuat tenaga menolong kita. Selain itu bila perlu kita menghindari membaca
media sosial, menilik berita yang hanya menakutkan hati. Tidak perlu ikut-ikutan menebar berita tentang data
korban, baik yang positif ataupun meninggal.
Mari kita mulai berpikir
positif jika kita selalu mengucapkan kata-kata yang baik maka hanya yang baik
sajalah yang akan terjadi. Kita sudah berbicara tentang Corona Virus selama
beberapa pekan ini. Sadarkah kita bahwa kita sudah membuat energi covid ini
semakin kuat sehingga menciptakan getaran negatif yang tak terhitung jumlahnya?
Lebih tepat kita katakan “ Kami bebas dari virus apapun, kami sehat sempurna
baik fisik maupun jiwa dari hari ke hari kami semakin sehat dan taat pada
anjuran pemerintah untuk tinggal di rumah.
Diatas segalnya ketika
macam-macam rasa ini masih bercokol dalam hati kita, maka berserahkan pada
Tuhan. Dia akan menjaga dan melindungi
kita dari semua penyakit berbahaya, asalkan kita meminta padaNya. Mintalah agar
Ia menjga bangsa dan negara kita, pohonlah agar Ia melindungi para pemimpin
bangsa yang sedang berusaha keras
menjaga rakyatnya dari serangan virus ini. Kita berdoa dengan tulus bagi para
medis dan petugas kesehatan yang sedang berjuang merawat orang sakit agar
mereka juga sehat dan bisa tersenyum dalam pelayanan, dan jangan lupa berdoa untuk diri dan keluarga kita agar diberi
kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi situasi sulit ini.
Penting juga kita menjaga
suasana di tempat kerja agar kita tidak menjadi sumber berita hoax, tapi
sebaliknya kita membawa rasa aman bagi orang lain. Sebelum itu terjadi, mari kita
memberi rasa aman dengan diri kita
sendiri, mari mengakrapi dsemua rasa
yang ada dalam diri. Akrap berarti rasa ini akan menjadi teman kita dari waktu
ke waktu.
Komentar