Kolam Ikan Depan Novisiat
Di depan novisiat kami ada sebuah
kolam ikan buatan. Saya ingat dengan baik saat
pembuatan kolam ini. Ceritanya kok ditempat itu air menyembur
nyembur kayak ada mata air, kami semua takjub dan heran, apakah ini sumber air
atau apakah gerangan ini.
Maka kami semangat untuk meminta bantuan seorang
bapak-bapak tukang kebun kami
untuk sekedar memeriksa situasi di sekitar air menyembur. Ternyata ada pipa air
yang patah tapi letakkan jauh di dalam lantai. Terbersit rasa heran kok bisa ya
pipa air tanpa diotak atik, tanpa kena benturan dll kok bisa pecah. Wahh berapa
usia sebenarnya pipa air ini?
Maka mulailah kami menganalisa tentang
situasi ini. Tak terbayangkan betapa tua usia pipa air dibawah sana, betapa
rapuhnya, tak ada seorangpun tahu, tiada yang mampu menjelaskan.
Yang sedikit menjadi jelas adalah bahwa rumah novisiat kami dari zaman ke zaman
dari tahun ke tahun berdiri kokoh tak tergoyahkan, saking kuat dan kokoh
bangunan ini sehingga tak bisa terdeteksi kerusakan bagian dalamnya.
Kembali
pada pipa yg bocor tadi akhirnya kami semua sepakat dibuatlah sebuah penampung
air sampai menunggu pipanya diperbaiki. Lantai
sekitar digali dan dibenahi. Jadilah kolam ikan sederhana. Bentuknya persegi
dengan air melimpah dan beberapa temanku membeli ikan hidup di pasar maka
kemudian
ikan- ikan kecil itu berenang
kian kemarin. Lucu sekali tak jemu jemu dipandang.
Setiap ada
waktu luang pasti saya kunjungi kolam ikan buatan ini, ikannya diajak bercakap-cakap sambil memberi potongan kecil batang kangkung. Setiap
hari saya perhatikan sampai ada ikatan batin antara
kami. Tiap saya datang ikan-ikan ini
bergerombol tuk...tuk.,.tuk mendekat ke pinggir kolam, entah karena itu kebiasaan mereka atau karena saya yang ke GR an, maka
selalu saya letakkan tanganku diatas air
sambil dengan gerakan membelai, mereka saya sapa.
Begitu seterusnya sampai pada suatu hari hujan deras mengguyur kota kami. Deras
sederasnya sampai rasanya hendak menenggelamkan kota. Saya membayangkan
ikan-ikan pasti
kedinginan, saya coba melongok dari pintu dapur (kolam ini
letaknya dekat pintu dapur sedikit lebih rendah dari pondasi dapur novisiat).
Wah tak dapat saya bayangkan ternyata kolam ikan sudah penuh air
sampai meluap ke dapur. Ketika saya coba menapakkan kaki
di pintu dapur, air banjir sudah sampai sebetis dan ikan-ikan
kecil bebas berenang sampai diantara panci dan tempat meletakkan perabot masak
setelah dicuci.
Saya melongo melihat pemandangan di depan
mata. Wah ikan..ikanku jangan terlalu jauh ya mainnya, bentar lagi
hujannya berhenti kok, nanti kalian tersesat di
rumput begitu saya berkata. Maka bergegas saya memanggil
bberapa teman lalu kami mencoba menangkap ikan yang ada untuk
diselamatkan sementara. Tak berapa
lama hujan pun berhenti, dan air perlahan-lahan surut. Kami
semua turun ke sekitar kolam untuk memeriksa jangan sampai ada ikan yang
tersesat, dan memang benar isi kolam berkurang, seekor ikan mas gede entah ke mana,
beberapa lele hilang, ikan-ikan kecil masih ada tapi
menurut saya sudah
berkurang banyak.
Saya ingat waktu
itu cukup lama sedih, kenangan tentang ikan-ikan selalu
terbayang setiap menengok kolam ikan itu. Suatu ketika
saya memutuskan untuk menambah jumlah ikan kecil
di kolam. Ketika bertugas belanja ke pasar atas izin pemimpin saya membeli
beberapa ikan kecil untuk menambah keramaian kolam di rumah
novisiat. Sampai saat ini kolam itu masih ada, bahkan saya melihat
pinggiran kolam semakin indah karena telah ditata sedemikian bagus
menjadi taman kecil yang menarik.
Tiap ada kesempatan ke Bandung pasti saya sempatkan
untuk mampir menengok ikan-ikan di kolam.
Ternyata ikan dan taman disekitar kolam mampu membelai hati dan jiwa
untuk terus menerus diasah mencintai alam ciptaan Tuhan. Lewat mereka Tuhan
memperhalus jiwa dan budi dan iman semakin berkembang dan pasrah pada
kehendak sang Pencipta.
Komentar