Aku Telah Melihat Tuhan

Sudah dua kali saya menjadi juri pembuatan kadang natal di desa, tepatnya desa Klepu kecamatan Sooko, kabupaten Ponorogo. Wilayah ini masuk dalam paroki St Hilarius Klepu, keuskupan Surabaya. Biasanya kegiatan lomba membuat dan menghias kandang natal ini dilakukan menjelang pesta kelahiran Yesus. Saya pergi dengan gembira karena saya merasa yakin saya akan mendapat pengalaman yang menyenangkan.

Pengalaman itu antara lain, saya akan melihat penduduk desa yang lugu menghias kandang mereka, menyaksikanketika mereka berkumpul dan berdoa menunggu kedatangan juri, atau lagi mendengar bagaimana mereka terlibat dalam proses pembuatan kandang natal.

Lomba dilakukan antar lingkungan dan hampir pasti semua lingkungan berlomba untuk memberikan yang terbaik. Mereka akan memperhatiakn dengan serius rumah tempat kandang natal ini berada. Kandang natal ini dibuat di dalam sebuah rumah umat lingkungan dengan memakai salah satu ruang, Syaratnya ruang itu harus menampung semua umat yang akan berdoa di situ selama masa advent, jadi bisa membayangkan bagaimana penghuni rumah merelakan salah satu ruang di rumah mereka untuk dijadikan tempat doa bersama umat lingkungan selama 4 minggu masa penantian. Menurut saya tuan rumah mesti tulus dan dengan senang hati menerima tugas ini, tapi seperti di kebanyakan desa di tempat lain, umat akan dengan senang hati menerima perutusan sederhana ini.

Setelah urusan ruangan beres, maka persiapan mengarah pada pengadaan materi yang akan dipakai untuk mengadakan kandang natal. MEsti ada gua, pohon bamboo, tanaman-tanaman yang tidak sedikit entah itu tanaman hutan atau tanaman hias di sekitar rumah. Setelah itu mesti dipikirkan lagi siapa yang menjadi pimpro proyek ini, karena ini kerja besar maka diperlukan seorang pemimpin yang akan diserahi tanggung jawab untuk memimpin orang lain untuk bekerja. Biasanya urusan ini menjadi tanggung jawab ketua lingkungan tapi bisa terjadi ketua lingkungan menyerahkanya kepada orang lain yang berkompeten.

Urusan berikutnya adalah soal kerja sama, berdasarkan cerita mereka, kerja proyek ini dilakukan setelah semua mereka kembali dari lading. Hampir pasti mulai sore hari sampai dengan malam.

Saya bisa membayangkan ini tentu pekerjaan yang tidak ringan, mereka itu baru pulang dari kebun, di ladang mereka telah bekerja dengan keras dan sepanjang hari lalu malam yang sebetulnya saat untuk beristirahat tapi mereka gunakan untuk berkumpul dan bekerja bareng. Salut untuk mereka. Bisa terjadi selama proses kerja sama ini ada perbedaan pendapat, ada salah paham dan macam-macam hal lain yang bisa muncul dari raga yang capek, Kadang kalau kita capek pasti bawaannya marah bukan?

Yang paling penting lagi adalah urusan biaya. Umat lingkungan mesti urunan uang untuk membeli ini dan itu, juga urunan makanan untuk makan malam setelah kerja. Barangkali yang terakhir ini tidak menjadi masalah, karena bisa terjadi semua umat lingkungan secara bergiliran menyediakan makan malam selama hari-hari pengerjaan. Mungkin yang menjadi persoalan adalah uang, karena hampir pasti banyak penduduk desa yang tidak dalam sekejap mata memiliki uang tunai. Mereka harus bekerja dulu, menghasilkan panen lalu dijual baru dapat uang. Tapi ini yang menarik bahwa umat dengan sigap mengumpulkan uang untuk membeli remeh temeh perlengkapan kandang dengan tulus hati. Mereka percaya apa yang mereka lakukan atau berikan dengan tulus hati akan mendapat balasan dari Tuhan. Mendengar cerita mereka ini saya merinding, iman mereka begitu hidup, mereka percaya pada penyelenggaraan Tuhan, mereka yakin bahwa Tuhan akan memberi ganjaran berlimpah pada mereka.

Maka sepulang dari desa ini saya mengalami kegembiraan rohani yang luar biasa yang dalam latihan rohani disebut konsolasi. Saya mendapat suntikan pengalaman rohani menakjubkan dari masyarakat kecil di desa, mereka tidak punya pikiran yang aneh atau negative thingking, mereka lakukan ini dengan tulus hati.

Hal lain saya perhatikan adalah kandang yang mereka buat untuk tempat tinggal Yesus sangat unik. Mereka memakai pohon-pohon di hutan atau daur ulang karung, kantong semen, botol bekas, ban mobil dan lain-lain. Ada lingkungan lain yang sudah mempersiapkan kegiatan dengan matang, jadi beberapa bulan sebelumnya sudah menanan sayuran dalam pot atau tanaman buah dan ketika tiba saatnya sayur dan sudah siap panen mereka letakan di dalam kandang sabagai persembahan untuk Tuhan yang datang. Ada lingkungan lain yang semua patung baik patung keluarga kudus dan patung Yesus serta patung hewan ternak, gembal dan tiga raja adalah buatan tangan mereka sendiri. Kebetulan di lingkungan ituada seniman patung otodidak dan ia mengajarkan kepada umat lain yang mau.

Menurut saya kegiatan ini amat positip karena bisa menjalin kerja sama antar umat lingkungan, menjaga keguyuban dalam lingkungan serta memperdalam iman akan Tuhan. Setiap malam kandang yang sederhana ini menjadi tempat kumpul umat lingkungan untuk berdoa, kalaupun tidak ada umat yang datang untuk berdoa karena ada kegiatan yang lain maka paling tidak keluarga yang bersangkutan tetap berkumpul di depan kadang dan berdoa bersama.

Sebagai juri, kami dituntut untuk jeli dan jujur, tidak boleh berpihak dan memang tidak ada satu lingkungan yang kami kenal dengan baik. Panitia sengaja mencari juri dari jauh agar tidak terkontaminasi oleh berbagai masukan. Karena letak antara lingkungan yang saling berjauhan maka kami diantar mobil oleh panitia, dan ketika sampai di tempat, umat sudah menunggu kami dengan berdoa khusus. Kami pasti ikut berdoa, lalu memberi penilaian, ngobrol-ngobrol sejenak dan setelah itu diberi minum kopi dan makanan manis.

Kue-kue kampung sangat enak  seperti cucur, pisang goreng, kacang rebus, pisang rebus dan lain sebagainya selalu disuguhkan kepada kami. Satu hal yang menurut saya lucu adalah kendaraann yang dipakai untuk menghantar kami, karena medannya berat dan menanjak kami diantar pakai open kap. Di depan kami berdua sama sopir sedangkan di belakang bapak-bapak panitia yang lain. Kalau ada frater atau romo yang ikut maka mereka pakai motor. Ketika melewati jalan sempit dan berbatu maka tak ada cara lain, kami harus turun dan menumpang motor atau berjalan kaki diantara bebatuan, Desa Klepu letaknya di pegunungan sehingga udaranya sejuk walau siang terik. Pemandangan di sepanjang desa amat bagus karena banyak sawah dan pohon-pohon yang masih terawat dengan baik. Maka ketika rasa capek menyengat kami berhenti sebentar di sawah, siap kamera dan berfoto-foto sekedar menghilangkan rasa lelah. Saya senang terlibat dalam karya sederhana ini. Benar apa yang dikatakan oleh Maria Magdalena, “aku telah melihat TUhan”. Tuhan nyata dalam diri penduduk desa yang ramah dan sederhana. Semoga di mana pun kita semua berada,kita bisa menampakkan Tuhan sehingga orang yang melihat kita dapat berkata dengan lantang “aku telah melihat Tuhan”.

 


Ada patung besar di depan kandang

Ini kandang yang keren


Juri menyempatkan diri untuk berdoa sejenak di depan kandang


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard