Laut Sahabat Kami II
Tinggal di tepi pantai dengan setiap hari memandang laut, mendengar bunyi ombak dan deru angin memberi rasa nyaman di hati. Tidak jarang begitu bangun pagi langsng mendengar bunyi deru motor laut atau kapal nelayan ikan y ang bergegas turun ke darat pagi-pagi.
Selain
itu hidup di pantai dengan banyak tetangga yang tiap hari bergaul dengan laut
memberi pembelajaran tersendiri. Para nelayan tradisional itu amat akrap dengan
laut. Laut dan isinya adalah sahabat bahakan saudara mereka. Para nelayan dan
kami semua yang hidup Bersama di tepi pantai jadi hafal akan perilaku laut.
Kami mengerti kapan akan badai, kapan ada gelombang ganas atau bilamana laut
tenang teduh
Beberapa
kata yang ada hubungannya dengan laut seperti ombak, angin, dalam, semilir,
tenggelam. Jika cerita tentang ombak maka perhatian orang tertuju kepada
gelombang-gelombang air yang bergulung dan memecah di tepi pantai. Ketika dia
memecah maka akan menyisakan buih buih putih yang halus. Ada ombak kecil tetapi
ada juga gelombang besar dan bisa
membahayakan kapal motor dengan semua isinya. Tentang ombak ini mesti ada
karena ombak membantu kapal motor untuk berjalan. Walaupun ada mesin yang membantu pergerakaan kapal. Jika
pada perahu layar atau sampan, maka peran ombak ini sangat penting. Pergerakan
air ini membantu perahu layar untuk
bergerak maju.
Saya
punya banyak pengalaman tentang ombak ini, ketika lagi berada di tengah laut. Penrah
suatu ketika ombak menghempas kapal kami bahkan membuat kapal kami berbalik
arah dan mesin kapal mati. Dalam suasana seperti ini tinggal kebaikan Tuhan
sajalah yang terjadi. Karena berkat Tuhan
maka saat ini saya masih ada dan bisa bercerita
tentang itu.
Bergaul
dengan pantai juga memberi banyak pengalaman tersendiri. Kadang ada rasa sedih tersendiri. Seperti ketika itu ada badai
besar atau ketika ada kapal motor yang tenggelam. Posisi kapal motor yamg tenggelam ini di tempat yang terkenal angker. Angker yang
dimaksud sebenernya adalah tempat berbahaya yang merupakan tempat pertemuan
arus dua pulau yang berdekatan Tempat ini selalu menjadi tempat kecelakaan
banyak kapal dna perahu motor.
Tentu
saja harapan akan hidup para penumpang dan awak kapal amat tipis. Saat itu
belum ada handphone yang bisa langsung
memberi kabar dalam sekejap. Keluarga para korban hanya bisa menunggu dengan
harap-harap cemas. Saya ingat saat itu semua orang panik menunggu berita dan
ketika kabar itu datang membuat banyak orang terhenyak. Banyak orang hilang,
ada juga yang selamat dan yang ditemukan juga banyak. Saat itu jumlah penumpang
yang tidak terdata juga mempengaruhi pihak yang berwewenang dalam membuat
pengumuman jumlah orang yang meninggal atau hilang. Pihak terkait hanya bisa
mengumumkan kepada masyarakat agar jika
ada anggota keluarga yang hilang dan belum pulang mohon disampaikan , jangan
sampai mereka menjadi salah satu korban kecelakaan laut yang dahsyat ini.
Beberapa
hari sesudah itu saya menyaksikan kesibukan di puskesmas dekat rumah.
Dengar-dengar sih tim pencari korban kecelakaan kapal motor menemukan banyak
korban dan mereka membawa ke puskesmas terdekat. Sebagai anak kecil, saya juga
ikut melongok ke puskesmas untuk melihat korban. Rasanya ikut sedih dan hancur
hati melihat banyak keluarga korban yang menangis di pintu puskesmas menunggu
keluarganya selesai diurus atau melihat pancaran mata para keluarga yang penuh
harap-harap cemas kalau korban yang ditemukan itu adalah keluarga mereka.
Walau
demikian pengalaman ini tidak membawa rasa sedih yang berlarut atau rasa takut untuk naik kapal motor atau bermain di laut. Kami tetap melakukan aktivitas biasa,
tetap naik kapal motor jika hendak bepergian. Hanya kadangkala jika ada
gelombang laut yang agak besar menyisakan rasa takut di hati. Mau tidak mau
pengalaman ini harus menjadi sahabat kami karena hidup kami di kampung
kepulauan yang mesti bergaul akrap
dengan kapal motor dan laut.
Ketika
berada di laut maka kita mau tidak mau berpikir tentang kata tenggelam. Tenggelam
itu terjadi ketika ada kecelakaan entah kapal terbalik dan terseret ombak dan
karam. Saat itu tentu nahkoda tak berdaya karena kekuatan ombak dan angin
melampau kekuatan mesin dan daya manusia. Bagi yang pandai berenang, kecelakaan
laut bisa diantisipasi entah dengan berenang ke tepian atau mengapung-ngapung
sambul menunggu bala bantuan datang. Ketika tenggelam maka hanya bantuan Tuhan
lah kita berharap
Karena
akrap dengan laut dan isinya maka ombak, angin semilir, laut dalam tenggelam sudah menjadi kawan kami
sehari-hari. Kami tinggal belajar saja apa maunya laut dan angin maka tentu
kami bisa hidup berdamai dengannya. MIsalnya jika sudah tahu musim ombak maka
jangalnlah coba-coba berlayar. Atau ketika sebuah kapal dilarang oleh syhabandar
untuk berlayar maka taatilah. Mereka melarang karena sudah mengerti akan akibat
yang akan terjadi.
Tenggelam
dalam arti sebenarnya adalah masuk ke dalam air dan seterusnya kuasa air akan
mengganggu pernapasan dan pada akhirnya arus air yang deras akan membawa kita
sesukanya. Hasik akhir dapat ditebak, antara mati dan hidup. Saat itu yang ada
hanya kepasrahaan pada yang Kuasa, DIa yng empunya hidup.
Tengggelam
dalam air juga membawa kita berpikir tentang pentingnya masuk dan kenal secara
detail dengan air dan gelombang yang adalah sahabat kami. Tenggelam dalamya
memampukan kita untuk mengenal secara baik karakter air dan gelombang. Karakter
kapan akan badai, kapan laut tenang dan teduh. Menyelami secara baik karakter
angin dan gelombang akan memampukan kita untuk mengatasi setiap bahaya yang
mengancam jika kita berada di laut.
Karena
rumahku berada di pinggir laut maka mencium aroma laut yang asin menjadi
santapan sehari-hari. Harum laut ini menimbulkan kerinduan tersendiri ketika
hidup jauh dari rumah. Keinginan untuk pulang dan meresapi aroma ini akhirnya
memberi kenangan tersendiri yang indah. Ketika menemukan laut di manapun dan
mencium bau laut maka mau tidak mau kenangan akan masa kecil dan keluarga
muncul di permukaan. Tidak heran saya amat suka pergi ke laut, melihat gelombang
dan gelombang yang memecah di tepi pantai, atau sekedar pergi dan bincang-bincang
dengan laut dan menimba sebanyak mungkin spirit untuk bekal hidup selanjutnya.
KIsah
Yesus tertidur di perahu ketika angin rebut memberi kesan kalo IA tidak peduli
dengan bahaya yang mengancam di depan mata. Seolah-olah IA membiarkan bahaya itu
datang dan menghancurkan para muridNya. KEtika para murid membangunkan DIA
untuk menolong maka IA dengan sigap menolong walau ada kata-kata yang keluar
dari mulutNya, “ mengapa kamu tidak
percaya?”
Pengalaman
lain para murid Bersama Yesus dan lagi-lagi di air adalah ketika pada suatu
malam menjelang pagi Yesus mendekati mereka sambil berjalan di atas air. Astaga
… itu manusia apa bukan sih? Kok bisa IA berjalan dengan santai di atas air
gitu? Petrus salah seorang murid ragu dan teriak, hei Ye sus, jika benar itu
engkau maka coba buat saya juga bisa
jalan di atas air. Ah ini mah mudah untuk Yesus, sekarnag mah tersearh pada
PEturs, mau percaya atau tidak? Nyatanya itu si Petrus malah akan tenggelam dan
teriak YEsus untuk menolong, hehehhe
Kadang-kadang
kita bilang percaya pada Tuhan tapi nyatanya saat tantangan datang kita malah
goyah dan tenggelam lalu teriak-teriak cemas ke Yesus untuk menolong. Kita
kurang percaya akan kata-kata Yesus, kita ingin bukti nyata.Padahal bukti
konkrit kan udah banyak sebenernya misalnya, ketika kita bisa bangun pagi
dengan segar itu pertolongan Tuhan yang sebenarnya. Ketika kita bisa melalui
hari sepanjang hari, ketika kita bisa mengatasi persoalan yang datang, atau
ketika bisa menolong orang lain dengan
iklas itulah bantuan Tuhan yang nyata. Atau ketika kita sakit dan sembuh maka
itu pertolongan Tuhan datang pada waktunya. Ketika masih kurang percaya akan
kemampuan Bersama lalu Tuhan datang menolong di saat yang tepat, itulah makna
Tuhan datang di atas air yang sebenarnya.
Kata
tenggelam ini memiliki makna ganda, di satu pihak kita
pasrah akan semua yang terjadi di sekitar kita di lain pihak kita berharap agar
sebelum tenggelam kita sudah lebih dahulu berseru memohon pertolongan Tuhan.
Ketika mendapat pertolong di saat yang tepat maka kita selamat, tetapi jika
kita tidak memiliki kemauan untuk selamat maka akan semakin tenggelam atau
dalam istilah lain di sebut kelelep. Kelelep itu seluruh badan di dalam air
ditambah dengan kepala yang juga masuk air sehingga kita menjagi megap-megap.
Jangan sampai kita tenggelam padahal kita masih bisa menolong diri sendiri.
Jangan biarkan kita tengggelam padahal ada banyak orang di sekeliling kita yang
bisa menolong.
Sesekali
bolehlah kita menyelam tetapi jangan sampai menyelam sepanjang hidup kita.
Tuhan membutuhkan tenaga dan kesediaan kita dalam mengabdi sesama.
Komentar