100 Cerita CINTA
Sesuatu
yang menakjubkan jika bisa menghasilkan sebuah karya kecil tapi memuaskan hati, membuat jiwa memuliakan Tuhan serta
menularkan rasa bahagia kepada orang lain.
Kalau pemerintah biasanya mengevaluasi masa kerja mereka dihari ke 100, maka saat ini ketika tulisan berjumlah 100, dirasa perlu untuk sedikit melihat kembali, apa sih yang ditulis sebanyak itu? Kok bisa sampai 100? Tentang apa saja sih? Ide kisah dari mana? Apa tujuan menulis cerita-cerita ini? Apakah berguna? hehehhe
Setelah
sekian tahun belajar menuangkan ide dan pengalaman dalam bentuk cerita
pengalaman, menulis kisah perjalanan
indah atau menulis sebuah kisah cinta yang terjalin antara diri sendiri
dan Tuhan membuat saya terbiasa untuk menulis dan merangkai kata. Tentu saja di
awal-awal menulis ada rasa tidak percaya diri, terselib rasa malu jika keliru
dalam menempatkan kata dan kalimat. Atau bahkan lebih parah lagi merasa sedih
jika apa yang tertulis tidak dimengerti oleh orang lain.
Dalam
perjalanan waktu dan latihan yang terus menerus, akhirnya ada banyak komentar
dari teman dan sahabat jika mereka merasa turut hadir dalam kisah perjalanan
yang saya tulis.Untuk saya ini adalah dukungan yang amat positif berarti apa
yang saya tulis bisa dimengerti oleh orang lain dan yang pasti adalah spirit
atau roh tulisan ada. Darimana saya tahu kalau roh tulisan ini menulari orang
lain? Tentu saja dari komentar orang bahwa mereka seolah-olah hadir di tempat
di mana saya ceritakan. Seperti mereka juga mengalami sendiri kisah itu.
Artinya lagi tulisan itu berasal dari kedalaman hati sehingga frekuensi yang
sama ditangkap oleh para pembaca.
Kisah
dalam tulisan ini bisa terbentuk karena ada relasi cinta yang mendalam. Bisa
menulis tentang anak karena ada cinta untuk mereka. Dapat mengekpresikan betapa
indah pemandangan alam adalah karena cinta yang besar. Ketika menulis tenang
keluarga, tentang Tuhan, tentang relasi dengan sesama, atau tentang keindahan
alam karena merasa keajaiban cinta yang besar. Cinta yang mendalam memampukan
kita untuk dapat mengekspresikan diri dengan baik. Belajar dari para orang
hebat di sekitar kita, para pelukis misalnya, atau penyanyi, atau orang-oarang
yang bekerja secara total di bidangnya itu terjadi karena cinta. Sekali lagi
semua karena cinta
Berawal
dari kebiasaan membaca yang dipupuk dari kecil, membuat saya jadi senang
membaca. Membaca apa saja, komik, cerita
pendek, majalah, koran dan lain sebagainya. Kakak saya yang bekerja di Jawa
suka sekali mengirimkan kami majalah Kartini bekas yang masih baru. Untuk kami
majalah itu amat berharga karena kami bisa menggunakan waktu kami untuk
membaca. Banyak pengetahuan baru yang kami dapatkan, banyak hal yan membuat
kami tahu tentang keadaan, kejadian-kejadian di kota besar.
Kebiasaan
ini terbawa sampai dewasa, saya suka meminjam buku di perpustakaan saat
sekolah. Kadang buku bacaan profan, atau bacaan menunjang tugas dan pelajaran
di sekolah sampai dengan novel-novel sastra mulai dari kelas ringan sampai
berat. Saya penggemar berat ibu NH Dini, atau pengarang novel kedokteran Mira W
atau pengarang novel deteftif SmaraGD. Saya mengerti, setiap aliran cerita
dalam novel, jika itu tentang pengetahuan ilmiah atau tentang sebuah logika itu
pasti benar. Atau tentang gambaran sebuah tokoh karakter atau tempat yang
menjadi latar belakang novel itu pasti benar dan nyata. Maka dari situ
pengetahuan saya bertambah.
Ada
yang masih ingat Enid Blyton? Dia adalah pengarang buku anak2 dengan judul Lima
Sekawan dengan banyak cerita detekftif kecil-kecilan. Saya paling rajin
meminjam buku bacaan ini dari perpustakaan sekolah. Percaya tidak percaya semua
buku karangan Enid Blyton sudah saya baca. Nah dari pengalaman kecil ini
membuat saya ingin menuliskan beberapa catatan kecil dalam bentuk tulisan.
Dulu
saya suka menulis di buka diari yang isinya macam-macam. Mulai dari pengalaman
kecil di rumah, kegiatan di sekolah. Saya juga mencantumkan banyak rasa di
dalam tulisan kecil itu. Bahkan setiap ulang tahun atau lebih tepatnya di malam
menjelang ulang tahun , saya membuat tulisan di buku diari. Isinya? Adalah
refleksi perjalanan hidup selama setahun.
Malam
menjelang ulang tahun adalah waktu yang tepat untuk melihat maju mundurnya
hidup saya, dan menarik dengan tulisan kecil ini saya terbiasa untuk selalu
melihat ke dalam diri. Jadi saya tahu kalau setahun ini saya banyak marahnya,
saya selalu mau menang sendiri, saya kurang membagi waktu dan perhatian untuk
keluarga atau orang lain karena waktu saya habis untuk belajar atau melakukan
hobby. Saya ingat sesibuk apapun jika besok mau ulang tahun maka saya akan
berhenti sebentar.
Kebiasaan
menulis refleksi ini terbawa sampai ke dalam biara. Apalagi kebiasaan baik
hidup di biara yang menganjurkan anggotanyan untuk selalu masuk ke dalam diri
setiap hari atau di saat rekoleksi bulanan, atau saat retret atau waktu baik
lainnya.
Dari
kebiasaan ini akhirnya membantu saya untuk menyusun kalimat yang baik, yang
bisa dipahami oleh orang lain ketika membaca dan yang paling penting adalah
saya bisa melatih ketrampilan berbahasa tulisan.
Tujuan
menulis agar melatih ketrampilan berbahasa tulisan akhirnya tercapai. Banyak
teman-teman yang membaca tulisan saya memberi komentar kalau mereka seolah-olah
merasa hadir atau terlibat dalam alur cerita. Mereka merasa hadir di tempat
kejadian dan lain sebagainya. Tentu saja mendengar komentar mereka ada rasa
senang di hati dan timbul niat untuk terus menulis, untuk senatiasa mengolah
rasa yang dituangkan dalam sejumlH baris kata dan kalimat dan akhirnya menjadi
sebuah tulisan yang bagus (menurut saya)
Kapan
saya melakukan kegiatan menulis ini? Saya menulis ketika
menunggu waktu duduk di kapal motor saat penyeberangan, atau dudk di
dalam kereta api, duduk di pesawat atauh bahkan ketika sedang berdoa atau
tidur. Jika saat berdoa dan ada ide yang muncul maka secepat mungkin saya
mengambil pinsil yang selalu tersedia di buku doa lalu menulis kata-kata
penting biar tidak lupa. ATau ketika saat mau tidur dan mata belum terpejam,
jika ada muncul ide maka saya pasti menunda tidur dan mulai menulis
sesuatu. Karena jika menunda maka hampir pasti ide itu akan hilang bersama
mimpi.
Paling
sering adalah ketika saya sedang menunggu apa saja, entah mau ketemu orang atau
ketika lagi duduk menunggu kereta di stasiun atau di ruang tunggu bandara.
Sambil melihat orang yang lalu lalang atau memandang kesibukan di sekitar, saya
sempatkan untuk menulis di HP. Karena itu kadang saya sampai lupa untuk menjalin
percakapan dengan orang di sebelah tempat duduk atau tetangga duduk.
Sejak
itu pelan pelan saya mulai mengumpulkan kembali pecahan-pecahan tulisan
kenangan yang sudah saya lakukan sejak lama. Membaca kembali sembari memberi penekanan di sana sini sambil
mengingat dengan gembira. Ternyata kenangan itu kembali begitu hidup dan
membuat imajinasi saya berjalan dengan lancar. Saya bisa menulis dengan tenang,
hati gembira dan bisa menggambrakn dengan bagus semua hal yang ingin saya
ceritakan.
Kadang-kadang
jika mengalami kesulitan saya berhenti sejenak, melakukan hal lain atau sekedar
berjalan di kebun atau mendengarkan music. Dengan itu muncul ide baru yang bisa
saya kembangkan menjadi sebuah cerita. Seperti ketika melihat batu saya
teringat pantai di kampung halaman saya lalu mulai bercerita tentang kampung. Atau
ketika melihat pohon besar di kebun orang, saya ingat kenangan akan sebuah
pohon di halaman biara dan mulailah saya bercerita
Paling
suka kalau saya bertemu anak-anak di sekolah. Ketika mengajak mereka bercerita
maka saat itu saya sedang mengumpulkan kepingan-kepingan rasa bahagia menjadi
seorang guru lalu menuangkan dalam tulisan. Bisa dikatakan anak-anak itu
menjadi sumber inpirasi saya.
Hal
lain katika melihat daun, atau ketika sedang melakukan pelayanan di gereja dan
mendengar kotbah pastor, biasanya ada kata-kata atau kalimat yang menyentuh
hati maka saat itu ada ide mengalir deras dalam hati.
Sumber
inspirasi juga saya temukan ketika ada kesempatan untuk melakukan perjalanan
entah ke kampung halaman, atau ketika ada liburan ataupun ketika menemani
keluarga atau ketika menjaga pasien di rumah sakit. Dari percakapan-percakapan
tertentu atau pemandangan taman kota, atau ketika bertemu orang asing di jalan
, saya kumpulkan kepingan itu lalu menjadi sebuah tulisan.
Hal
penting lain yang adalah pengalaman doa atau saat bertemu dengan Tuhan. Pengalaman
ini membawa banyak kisah ajaib seperti saya bisa merasakan kebaikan hati Tuhan,
saya bisa mendengar suara halus dari Tuhan, saya bisa membedakan mana yang baik
dan buruk, saya bahkan bisa menggunakan kata-kataNya saat bicara dengan
orangtua murid, saat ngobrol dengan anak dan guru. Kata-kata Tuhan yang saya
simpan di bibir memampukan saya untuk bisa menggunakan pada saat yang tepat.
Kisah
perjumpaan dengan Tuhan yang sederhana dan ajaib inilah yang memampukan untuk bisa menulis cerita cinta ke 100. Cerita ini sebagai tanda apresiasi terhadap diri sendiri karena telah berhasil menulis 100 kisah manis untuk dikenang dalam hati.
Cinta
kepada Tuhan memampukan saya untuk bercerita tentang semua kasih sayangNya
Cinta
kepada keluarga membuat saya bisa berkata-kata tentang mereka
Cinta
kepada karya pelayanan membuat saya bisa bercerita tentang anak, tentang
keluarga mereka, tentang rekan kerja
Cinta
akan alam ciptaan memampukan saya untuk bisa membahasakan aneka keindahan cinta
Tuhan yang saya lihat lewat alam yang indah
Cinta
kepada sesama membuat saya mampu untuk berkata-kata dengan benar, rela berbagi
waktu dan tenaga serta talenta dalam karya pelayanan
Cinta
membuat saya mampu ber CERITA hingga kisah ke 100
Komentar