Kami Mau Sembuh

Penyakit kusta itu menyerang kulit, apabila pada kulit badan seseorang ada bengkak atau bintil bintil atau panu mungkin menjadi penyakit kusta. Ia harus dibawa ke imam Harun. Ini kata Kitab Suci, yang merujuk kepada penyakit kusta yang adalah najis. 
Jika berbicara tentang sakit ini maka orang akan digiring pada suatu penyakit berbahaya, menular dan semua orang takut tertular. Orang yang mengidap sakit ini harus dijauhkan dari keluarga, dari masyarakat bahkan ia harus berdiam diri di tengah hutan, lebih keji lagi dikatakan najis. Najis dalam arti kata tertentu sama dengan dosa berat, atau sesuatu yang kotor sekali dan harus dijauhi. 

Alangkah sedih dan luar biasa perlakuan ini. Bagaimana ia bisa hidup terasing ditengah hutan? Siapa yang mengurus hidupnya? Makanan ia dapat dari mana? Apa keluarganya akan mengurusnya dengan mengantar makanan tiap hari ke hutan? Apakah dengan hidup menyendiri seperti ini ia akan bertambah sehat atau malah sebaliknya? Apa maksud dengan mengungsikan si sakit ke hutan? Supaya penyakit itu cepat pergi atau supaya ia cepat mati? 

Entahlah, kasus ini hampir sama dengan situasi dunia sekarang. Bumi kita sedang dipenuhi virus berbahaya bernama covid 19 dengan berbagai mutasi virus yang bervariasi. Semua orang berusaha agar tidak terkontaminasi atau tertular karena taruhannya adalah nyawa. Berbagai cara dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan, makan makanan sehat, tidak berpergian, memakai masker, selalu mencuci tangan dan lain sebagainya. 

Walau demikian kasus positif selalu muncul setiap harinya, bahkan pernah sehari muncul kasus sebanyak 1 juta orang. Ini orang pemirsa, bukan unggas atau lainnya. Banyak banget, mengapa ini? Alasan paling utama adalah orang tersebut tidak mematuhi aturan kesehatan, atau bisa terjadi imun tubuhnya kurang sehingga ketika virus datang ia langsung terpapar. 

Banyak kalangan mulai dari pemerintah di tiap tingkatan, orang-orang yang memiliki wewenang tertentu, berusaha agar banyak orang tetap sehat, terhindar dari virus laknat ini. Pemerintah berjuang sekuat tenaga agar rakyatnya tetap sehat? Apakah hanya cukup dengan perjuangan dan usaha orang lain? Tentu saja tidak. Dari diri kita masing-masing harus berjuang dengan keras agar tetap sehat, agar tidak menjadi sumber virus berbahaya ini dan kemudian menularkan kepada orang lain. 

Peristiwa virus ini jika disandingkan dengan cerita kusta dalam injil pada hari ini barangkali bisa cocok. Mereka sama-sama penyakit menular, kedua sakit ini berbahaya, keduanya membuat orang lain menderita bahkan bisa mati. Kedua penyakit ini sama-sama membuat orang yang mengidapnya harus hidup isolasi, sendiri dan tidak boleh bergabung dengan yang lain. 

Tapi ada juga satu perbedaan yang nyata dari keduanya. Kalau sakit kusta maka orangnya yang sakit ini diusir dari kampung dan tinggal dihutan, tidak dipelihara dan mungkin juga tidak diberi obat. Sedangkan orang yang mengidap virus corona, dibiarkan isolasi agar tidak menularkan ke orang lain, tetapi orang yang karantina ini dijaga, dilimpahi dengan kasih sayang keluarganya, diperhatikan, diberi obat dan didukung agar cepat sembuh. Oh ya, karantinanya juga bukan di hutan tetapi di bagian terpisah dari rumah atau di rumah sakit. 
Banyak pasien covid yang sembuh karena cinta orang lain dan dukungan banyak pihak paling kurang mendoakan agar cepat sembuh. Di sini letak perbedaannya. 

Di atas segalanya Tuhan Yesus menyembuhkan kita dengan caranya. Banyak penyakit di tubuh kami juga di jiwa kami seperti kemarahan, kesombongan, tidak peka, acuh tak acuh, sombong dan lain sebagainya. Seperti Engkau menyembuhkan ornag yang sakit kusta maka dengan keyakinan penuh kami percaya bahwa Engkau juga akan menyembuhkan segala kelemahan kami. Doa-doa kita padanya pasti Ia dengan dan akan Ia perhatikan. 

Tuhan Yesus, kami mau sembuh, sudah banyak cara kami lakukan , semua sudah kami coba dan satu-satunya cara adalah kami berharap padaMU. Engkaulah sumber kesembuhan kami. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard