Bunga Astrila

Bangunan dua lantai ini letakknya kira 200 meter dari rumah biara kami, dengan jalan menuju ke sana agak mendaki. Sepanjang jalan ke asitu ada beberapa rumah tetangga yang semuanya akrab dan baik. Tetangga-tetangga yang baik ini rela menolong para penghuni rumah lantai 2 dan siap sedia saat di perlukan. 
Ada sepasang suami istri tua yang rumahnya persis di depan rumah lantai dua, ada lagi keluarga di belakang samping yang kami kenal sebagai ketua Rt yang siap menolong kami. Ada lagi kios depan asrama (sebutan lain rumah lantai 2) yang meyiapkan berbagai kebutuhan dan bisa diutang nanti bayar belakangan. 

Para PEnghuni

Para penghuni rumah lantai dua ini adalah para gadis cantik yang datang dari berbagai kota kecil atau kampung di seputaran kabupatan Manggarai. Mereka ini hendak bersekolah di kota Ruteng dan mau tinggal di asrama supaya bisa belajar mandiri. Biasanya mereka ini berasal dari keluarga yang memiliki visi jelas untuk masa depan anaknya. Keluarga-keluarga ini juga tidak asal memilih asrama untuk tempat pondokan . Mereka akan serius meneliti pondokan mana yang bisa memberi ruang kepada anaknya untuk tumbuh dan berkembang dalam segala bidang. 

Bangunan dua lantai berdiri diatas sebidang tanah dengan kontur miring dan naik. Di dalam tanah seperti ini ada dua bangunan lain yang dibangun sejajar. Paling kiri dua lantai tempat anak perempuan yang sudah di jenjang SMA tinggal. Rumah bagian tengah itu tempat berkumpul untuk pertemuan atau doa bersama atau untuk lomba atau kegiatan lain yang diselenggaraka oleh asrama, bahkan ada juga kantor kecil di situ, Sedangkan paling pinggir bangunan juga dua lantai tempat anak gadis yang masih usia SMP tinggal. Sedangkan dapur , gudang dll ada di bangunan yang sama dengan tempat dan pengaturan yang terpisah. 

Seperti biasa kalau tinggal bersama dalam satu rumah, maka harus ada pemimpin dan aturan yang jelas. Maka anak-anak gadis ini diajari cara memimpin dan membuat aturan hidup bersama. Mereka memilih seorang diantara mereka menjadi ketua. Kelak di tangan dialah hidup di asrama ini dapat bergulir dengan baik dan nyaman. Ketua ini harus bisa mengkoordinir teman-temannya, ia sendiri harus dapat dipercaya dalam banyak hal dan memiliki teladan dan contoh hdiup yang baik. 

Biasanya seorang ketua dipilih dari anak kelas dua SMA, artinya ia sendiri punya adik dan serentak mempunyai kakak. Dalam banyak hal posisi ini membuat ia belajar banyak perkara. Seorang ketua dibantu oleh beberapa teman yang lain sebagai penghubung jika perlu. Oh ya seorang ketua asrama juga harus mmepunyai nilai lebih yakni ia sendiri harus pandai di kelas. Mengapa demikian? Karena dalam perjalanan hidup di asrama membutuhkan bayak waktu dan pikiran yang dikorbankan untuk mengatur hidup bersama. Jika ia sendiri pandai di kelas maka tentu ia bisa mengatur dirinya sendiri untuk belajar tanpa mengabaikan tugasnya sebagai seorang ketua asrama. 

Aturan

Hidup bersama tidak terlepas dari aturan-aturan yang harus ditaati seperti, jam berdoa, jam kerja rurmah tangga, jam masak di dapur, jam makan, waktu bernagkat sekolah, waktu untuk belajar, waktu untuk tidur dan lain sebagainya. Tugas seorang ketua dan para pembantunya adalah membuat aturan yang relevan dengan usia mereka, lalu dikoreksi dan seterusnya itu menjadi jadwal atau pedoman kecil-kecilan hidup mereka setiap hari. 

Sebagai orang yang ditugaskan secara resmi dari tarekat untuk mendampingi mereka, saya berusaha agar hidup mereka nyaman, mereka makan mesti cukup karena masih dalam usia pertumbuhan, mereka juga aman dalam arti bebas dari bermacam-macam gangguan yang tidak perlu. Lebih baik menjaga kerbau satu kandang daripada menemani anak-anak gadis yang cantik ini. Mereka mesti didampingi dalam segala hal. Paling penting adalah menjaga agar mereak tertib dalam pergaulan. Karena selain mereka cantik, mereka juga pandai bergaul dan ini bisa membuat para pemuda di sekitar rumah kami menaruh hati pada mereka. 

Kegiatan warga rumah lantai dua beragam. Diawali dengan bangun pagi-pagi sekali, menyiapkan diri doa dan ke gereja. Kebetulan kota kecil kami ini adalah kota dingin karena berada di pegunungan. Bangun pagi dan mandi itu adalah masalah terberat yang kami semua alami. Apalgi mandi tanpa air panas, tetapi lama kelamaan mandi dengan cuaca dingin ini menyegarkan, bahkan jika tidak mandi dampaknya adalah kedinginan sepanjang hari. 

Setelah mandi dan siap-siap maka kami beriringan turun ke gereja. Dikatakan turun karena letak gereja di jalan menurun kira-kira 200 meter. Berjalan dalam kegelapan menuju gereja mempunyai cerita tersendiri, karena kami harus berjalan bergerombol, selain karena agak jauh , dengan berjalan bersama kita bisa saling mepet dan bergandengan agar mengurangi rasa dingin. 

Biasanya kami orang pertama yang tiba di gereja. Tempat duduk kami juga sama dari hari ke hari yakni beberapa bangku bagian depan altar. Setelah duduk manis dan rapi lalu banyak yang melanjutkan tidur, hehehe Setelah beberapa waktu duduk di gereja baru umat yang lain berdatangan dan misa dimulai. 
Begitu setiap hari dan mereka melaksanakan ini dengan gembira, walau tidak terlepas kemungkinnan ada yang merasa terpaksa ke gereka. Pokoknya aturan tetap aturan, mau terpaksa atau sukarela entar aja dulu. 

Hasilnya justru sekarang baru kerasa. Banyak dari mereka yang kirim pesan atau telpon mengatakan, untunglah dulu mereka dipaksa untuk ke gereja karena sampai dengan saat ini kegiatan ke gereja itu membentuk rasa cinta pada Tuhan yang dalam dan keterusan ke anak-anaknya. 

Karena tinggal bersama maka perlu ada kerja di rumah sebagaimana laiknya kalau kita di rumah. Mereka terlibat dalam tugas masak di dapur, tugas belanja, tugas bersih-bersih got, buang sampah, rapikan kamar, menyiram kebun dan lain sebagainya. Biasanya kami kerja bersama tapi paling sering saya tidak hadir karena harus megerjakan yang lain atau hadir di tempat lain untuk urusan tertentu. 

Biasanya saya akan datang kontrol hasil pekerjaan mereka. Seringkali mereka harus mengerjakan ulang karena menurut saya hasil kerja mereka belum maksimal. Maka dengan bersungut atau wajah menekuk mereka akan bekerja kembali. Terus terang saya tidak peduli dengan sungut atau keluh kesah mereka. Untuk saya, kerja rumah tangga harus beres dan berkualitas, tepat waktu dan lancar. Sehingga tanpa ekspresi saya menunggui mereka bekerja kembali. Karena seringnya demikian maka saya pernah mendengar dari kamar tentang percakapan mereka. Kata salah seorang dari mereka (kalau tidak salah namanya Ira, anak Pagal yang manis tapi rodo ketus). Katanya, mari kita kerja dengan baik karena standar bersih dan tidak bersih atau baik dan buruknya sebuah hasil kerja kita beda dengan Suster. Menurut kita sudah bersih dan rapi tapi menurut dia belum. 

Mendengar itu saya tersenyum dalam hati, ember, makanya kalau kerja itu yang bersih. 

Gadis-gadis manis nan cantik ini kalau pulang sekolah punya banyak cerita heboh, macam-macam ceritanya tapi paling sering saya dengar tentang para pemuda kompleks. Memang di kompleks kami banyak sekali anak muda yang kalau sore suka duduk-dudk depan jalan dan manggil-manggi mereka atau suit-suitan. Ada yang namanya Dami, sopir angkotan kota yang suka membawa anak-anak ini keliling kota gratis. Angkot ini akan siap sedia menolong kami untuk muat jerigen dan pergi timba air di gunung sana. Bersama angkot ini banyak pemuda lain yang ikut. 
Kami sih senang-senang saja secara ada tenaga yang timba air dan usung jerigen air yang berat itu. Perkara mereka pengen lihat gadis-gadis manis ini ya terserah, asal tidak berbuat yang jahat. Akhir kata kami berteman dengan sangat baik. Jika ada pekerjaan berat di asrama entah itu pindah-pindah lemari, tempat tidur, cat pagar dan dinding, saya cukup telpon salah satu dari mereka dan mereka dengan senang hati datang untuk membantu. 

Ada juga nama Om Joreng yang sering mereka sebut-sebut tiap hari, penasaran juga sama om yang satu ini, hehehehe. Ternyata orangnya baik dan suka menolong walau kadang gadis-gadis ini suka memilih teman. 

Bunga

Oh ya mengapa judul kisah ini diberi nama bunga? Alasan utama adalah di asrama banyak sekali tanaman hias dan beraneka ragam warnanya. Mereka membagi tugas secara khusus untuk merawat taman yang cantik ini. Sekian sering saya suka mengatakan kepada mereka, supaya merawat tanaman seperti kita merawat jiwa dan raga kita agar tetap sehat. Selain itu Tuhan telah mengaruniakan wajah cantik kepada kita umatnya maka sewajarnya kita wajib untuk mempercantik rumah tempat tinggal kita agar menjadi nyaman bagi kita semua para penghuninya. Yang terpenting adalah semua warga rumah ini berparas cantik dan manis, ditambah baik dan tekun maka lengkaplah mereka. 

Ada bebrapa dari mereka yang rajin bekerja dan penuh tanggung jawab. Jika diberi tugas di dapur maka semua akan beres dalam waktu singkat, makanan siap, dapur bersih, perabot masak rapi di tempatnya setelah dipakai. 

Tetapi ada juga yang lebih suka memberi motivasi kepada temannya bekerja. Orang-orang jenis ini jumlahnya lumayan banyak di asrama. Biasanya mereka ini orangnya gampang bergaul dan periang sehingga ketika saat bekerja di rumah mereka akan banyak bercerita dan membiarkan temannya kerja. 

Ada juga jenis yang lain lagi yakni tipe orang yang suka bekerja di luar rumah misalnya kepasar untuk berbelanja, atau pergi timba air di gunung. Wah mereka akan dengan senang hati pergi melaksanakannya, mengapa ya? Karena mereka jenis orang yang sangat suka ukur jalan, kemana saja boleh kok. Bahkan pernah ada laporan tentang kelompok ini, mereka naik angkot keliling kota ber jam-jam karena sopir angkot adalah kenalan baik dari salah seorang dari mereka. 

Setelah keliling keliling mereka akan turun agak jauh dari rumah supaya tidak ketauan, hehehhehe... 

Tinggal bersama dengan mereka membawa banyak kebahagian. Salah satunya adalah seolah-olah merasa seumuran sehingga bisa ngobrol apa saja, atau memberi komentar tentang mereka tanpa merasa takut kalau mereka akan tersinggung. 

Contoh tentang ini, ada beberapa anak yang amat suka memakai bedak dingin di tengah hari panas atau ketika malam mau tidur. Kalau siang masih ditoleran karena udara panas dan bedak dingin untuk mentralisir panas ke wajah. Tapi kalau memakainya malam hari? 

 Ketika lampu sudah dimatikan dan saya biasanya keliling memeriksa tempat itdur mereka, kadang saya mendapati mereka sedang duduk di lantai dengan wajah putih kayak tembok.. Kebayang betapa kaget dan saya hampir melompat tinggi. Bayangkan wajah amat putih dilabur dan dalam kegelapan pekat, kayak hantu saja. 
Kalau sudah begitu biasanya saya spontan marah-marah dan mereka? Malah tertawa terbahak bahak. 

Ah pengalaman indah. Ada juga beberapa dari mereka yang bertugas menjemur dan membersihkan kamar Suster. Mereka ini biasanya anak rajin dan baik, karena kadangkala kalau malam mereka ikut tidur dalam kamar suster tapi tempat mereka di lantai. 
Nah mereka ini juga yang selalu menemani para suster untuk pergi mengirim komuni kepada orangtua yang sakit serta jompo di kampung sekitar. Biasanya dengan mobil kami pergi, dan diantara mereka sudah ada yang bertugas untuk memimpin doa dan lagu. 

Mengapa mereka diajak ikut serta berkunjung ke umat? Supaya mnereka mengerti pekerjaan para suster, mereka paham tentang umat dan keluarga di sekitar kampung yang kami kunjungi. Dengan pengetahuan itu diharapkan mereka semakin mampu meghargai dan menyayangi orang lain. 

Oh dari mereka ini ada beberapa yang masuk biara tetapi tidak di biara Ursulin. Tak apa, yang penting mereka menjawab suara Tuhan yang bergema. Nama-nama mereka yang saya ingat : Ella Haryati, Tini Ustang, Elin Jeteng keriting ( ini biang tukang rame di asrama) Yulin (Kalau ini sudah jadi Suster Ursulin). Ada lagi Ellen anak cancar yang pinter dirigen, ada Fian (ketua asrama), ada Fitri (Gadis hitam manis yang lumayan cerewet). Ada Lia Solo yang cantik, ada Ratni Udi, Ninggih Bardata (anak Pagal). Ada juga Wati Sarce, Ira Harlimun dan masih banyak lagi yan glain. 

Maaf anak-anak faktor usia membuat ingatan berkurang tentang nama kalian. Sekarang mereka sudah dewasa dan mempunyai kehidupan sendiri. Banyak yang menjadi pegawai pemerintah entah guru, pegawai keuangan, tenaga kesehatan, atau kerja di kantor swasta. Hampir semua sudah berkeluarga dan memiliki anak-anak yang manis. 
Saat sekarang ini mereka sudah menjadi mama mama muda yang berperan penting dalam pendidikan karakter anaknya. Tapi beberapa diantara mereka memilih hidup di biara. 
Ah senangnya hati ini kalau mengenang mereka satu persatu. Dengan menulis kisah ini, berarti membawa mereka kembali ke dalam hati, begitu pesan Santa Angela. Bahagia jika melihat hidup mereka bahagai dan ikut prihatin jika mendengar mereka mengalami masalah dalam hidup berkeluarga. Salam sehat, kapan-kapan kita bisa jumpa lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard