Rayap
Sudah
lama saya ingin menulis tentang rayap, tapi selalu ada halangan. Rayap itu
adalah binatang kecil warna keputih-putihan dan tinggalnya di pohon kayu, di
meja lapuk, di dinding kamar, di atap rumah bahkan ada juga senang tinggal di
lantai. UNtuk saya binatang ini amat menjengkelkan. Saya bisa teriak-teriak
marah kalau bertemu dengannya, sedikitpun saya tidak cinta, sekali lagi saya
tidak mencintainya, sungguh!
Beberapa
waktu lalu, kami dikejutkan dengan sebuah peristiwa robohnya pohon flamboyan di
depan asrama, pinggir jalan utama. Pohon ini robohnya juga pinter, perlahan ia
jatuh menimpa pagar dan terus ke jalan besar, sama sekali tidak menimpa
bangunan besar di sampingnya. Walau melintang di jalan raya tapi tidak
menghalangi arus kendaraan yang hilir mudik.
Begitu pulang gereja kok ada kerumunan orang
di pojok yang biasanya ada dua pohon besar itu? Untunglah bahwa ia roboh ketika
suasana sepi dan hari masih gelap, ketika tidak banyak kendaraan yang lewat juga
ketika tidak banyak orang yang berjalan
di trotoar untuk pergi ke gereja. Sungguh Tuhan masih baik kepada kami. Segera
kami meminta dinas terkait untuk menolong kami, dan dalam sekejap mata batang
pohon besar itu langsung dirapikan, dan dipotong menjadi
gelondongan-gelondongan kecil dan manis bentuknya.
Saya
segera mendekati dan mencari tahu apa penyebab pohon ini tumbang, padahal cuaca
lagi bagus, tak ada angin kencang yang meniup tidak ada hujan yang biasanya
memporakporandakan pohon kami, ternyata penyebab pohon flamboyan itu tumbang adalah
rayap, di bagian bawah pohon dekat akar, si rayap ini bergerombol menikmati hangatnya
kegelapan pohon, dan anehnya pohon sebesar itu mungkin diameternya 75
centimeter dan kalau
saya peluk pohon itu pasti
tangan tak sampai. Bisa bayangkan pohon
sebesar itu bisa
hancur berantakkan. rayap
memang jahat, ia diam-diam menggerogoti dari dalam.
Saat itu juga saya tidak
sabar ingin mengambil minyak tanah, membakarnya agar ia segera mati. Batinku
penuh kebencian dan sumpah serapah pada makluk ini, saya tidak rela pohon yang
usianya sudah banyak dan tua, serta bagus karena jadi pohon yang sangat
rindang, penyejuk di siang hari menjadi tak berdaya, roboh dan mati. Tapi
kemarahan saya diselamatkan oleh seorang bapak tukang sensor yang meminta saya
untuk segera mundur dari arena rayap karena ia akan segera melaksanakan
tugasnya kembali. Dan untuk kepentingan keamanan banyak orang maka pohon di samping pohon yang
roboh ini ikut ditebang, Kedua pohon ini kami menyebutnya pohon kembar karena
usia mereka berdua rata-rata sama, mungkin sama tuanya dengan usia bangunan rumah kami. Kami takut membahayakan para pengguna jalan,
manatau di dalam batang dan akar pohon itu juga rayap pasti bersarang, dan
memang demikian adanya, rayap dengan tenang dan duduk manis bergerombol di
dalam pohon kedua ini. Jadi dua pohon hancur dan mati gara-gara si rayap
durhaka yang amat menyebalkan ini.
Hari
ini hati saya sedih juga menjadi kecewa sekali ketika mendapat kabar kalau
pohon besar dihalaman sekolah, ever green, pohon yang menaungi kami setiap
hari, mejadi tempat berteduh banyak orang termasuk anak-anak, orangtua murid,
para guru, tumbang tanpa alasan. Tumbangnya juga pinter dan di jam yang bagus
karena jam setelah anak pulang sekolah. Barangkali karena setiap hari saya ajak
bicara, kalau kamu mau ada apa-apa (tumbang dst) tolong cari waktu di mana
tidak ada anak di sekolah ya. Kalau sudah waktumu mati saya rela. BEgitu setiap
hari saya ajak bicara, maka ketika tumbang, tidak menimpa bangunan atau tanaman
yang lain. Terima kasih pohon engkau telah memberi dirimu untuk kami selama
ini, sejuk dan dingin di tengah udara yang amat panas, anak-anak biasa duduk di
bawah pohon sambil makan bekal atau bersenda gurau denganmu dan sekarang engkau
telah pergi. Oh pohon….. Mungkin baik kalau setiap pohon besar kita ajak bicara
untuk bisa memahami kondisi kami di mana banyak anak setiap hari sehingga untuk
menghindari kecelakaan yang tidak perlu maka dia perlu diajak bicara.
Lagi lagi rayap biang kerok penyebab pohon ini tumbang.
Padahal selama ini pohon nampak baik dan sehat. Kami memang sering menenbang
dan merapikan daun dan dahan yang menjuntai-juntai supaya tidak mengganggu
aktivitas kami yang berjalan di bawahnya. Ternyata yang mapak baik dan sehat
menyimpan penyakit berbahaya di dalamnya, si rayap itu. Dari
lubuk hati yang terdalam saya sedih tapi saya belajar untuk ikhlas, biarlah
engkau mati supaya nanti tumbuh yang baru lagi.
Belum hilang rasa sedih ini, eh ada musibah lagi, kali
ini pohon asam gede yan gusianya mungkin sudah ratusan tahun. Pohon gede
menaungi kami dari banyak hal, daunnya rimbun membuat suasana kami sejuk,
buahnya juga manis dan terpenting ia menjadi tempat bermain anak-anak. Pohon
gede ini roboh ke arah sungai besar di belakang sekolah kami. Untung banget, ia
tidak menyusahkan kami, ia tidak merusak bangunan kelas kami. Keuntungan
terbesar ialah ia tumbang di sore hari di mana suasana sekolah sepi dari anak,
guru dan karyawan. Tuhan sungguh baik, IA tidak ingin membuat kami susah.
Walau sakit hati dengan kenyataan ini, saya berusaha
menerimanya dan tidak serta merta menyalahkan rayap, karena di dalam batang
pohon besar itu si rayab dengan manisnya bergerombol tanpa merasa bersalah.
Soalnya selain rayap, faktor lainnya yang menjadi penyebab pohon ini tumbang
adalah usia. Umur tua membuat ia tidak bertahan dari serbuan penyakit dan
tantangan lainnya. Maka dengan segera kami memanggil petugas dair dinas terkait
untuk membantu kami membersihkan lingkungan sekolah.
Rayap
memang binatang yang mengesalkan, dia bergerak secara tak kelihatan, perlahan
namun pasti ia menggerogoti dari dalam. Sekokoh apapun kayu, pohon, tiang kalau
sudah dimasuki rayap maka siap-siap akan tinggal kenangan. Rayap bergerak
secara bergerombolan, dan satu sifatnya yang paling mematikan adalah membuat di
dalam rapuh dan perlahan-lahan mati mengenaskan.
Sebetulnya
sebutan rayap ini juga berlaku untuk kita manusia yang senang menyimpan hal-hal
yang buruk dan mematikan dalam jiwa kita. Seperti penyakit dalam badan yang
lama kelamaan memberi kematian pada tubuh maka rayap jiwa akan lebih berbahaya.
Orang, anda dan saya sering dan suka menyimpan rayap mematikan dalam jiwa dan
batin kita. Rayap kemarahan akan mengerogoti jiwa kita sehingga semakin lama
jiwa kita semakin kerdil dan akhirnya mati. Rayap kemalasan akan membuat jiwa
kita tidak kreatif dan menimbun rasa ini dalam batin sehingga akhirnya membawa
jiwa binasa. Rayap kebencian, rayap irihati, dengki dan dusta, ketidakjujuran,
rayap mau hidup mewah dan seterusnya perlahan akan menghanguskan jiwa.
Semakin
sering kita menyimpan dan menyembunyikan rayap maka semakin terbuka kesempatan
jiwa kita untuk mati. Jiwa yang mati akan menyeret badan kita untuk ikut
binasa. Maka tidak heran banyak penyakit fisik yang didahului dengan menipisnya
jiwa karena dimangsa rayap buatan diri kita sendiri. Mari kita basmi rayap yang
ada di dalam diri kita dengan segera, perbanyak doa dan baca kitab suci,
rajin-rajin meditasi dan membaca bacaan rohani, teruslah menggali semangat
hidup dari teladan para orang kudus yang kita cintai, maka niscaya rayap
binatang yang amat menyebalkan itu segera mungkin terbang dari tubuh kita. Kita
percaya bahwa badan dan jiwa sehat tanpa ada gangguan rayap.
Komentar