Ketika Harus Rawat Inap di RS


Apakah ada diantara kalian yang pernah ke rumah sakit? Pasti pernah, pernah pula menginap di sana? Tentu saja bagi yang pernah sakit dan jadi pasien. Di setiap rumah sakit tempatnya berbeda, demikian juga luas dan fasilitasnya. Di beberapa  di rumah sakit ada fasilitas tertentu yang membuat para pasien betah seperti  tempatnya luas, bersih, seprei diganti setiap hari, tim medis nya ramah dan sopan, cantik lagi dan mereka melayani dengan gembira.

Ketika saya menjadi pasien dari seorang profesor, saya merasa penyakit saya pasti cepat sembuh karena sebagai dokter beliau sangat ramah dan riang gembira, keriangannya menular ke saya sebagai pasien sehingga mempercepat kesembuhan. Ketika saatnya visit pasien ia akan datang dengan segudang cerita, pernah karena lagi kesakitan saya tidak pengen mendengar banyak orang bicara, maka saya memegang tangan sang professor, maksud hati ingin mengatakan, diam dokter, saya mau tidur, eh sama si professor dikatakan, lihatlah pasien saya ini, rupanya dia sangat senang memegang tangan saya, hahahha,,, dokter tua…! Belum lagi dokter yang cantik, tampan dan ramah semua itu membuat hati pasien gembira dan akhirnya menjadi cepat sembuh.

Saya pernah menjadi pasien di beberapa kali dan pernah menginap di rumah sakit juga lebih dari dua kali, artinya setiap saya pindah tugas di sebuah kota, saya pasti pernah mengalami sakit dan pernah harus mondok. Saya pernah opname di sebuah rumah sakit swasta yang besaaar dan bersih. Kali pertama ketika hendak masuk rumah sakit saya bertemu seorang ibu yang calon pasien juga sama seperti saya, ia diantar suaminya. 

Saya masih menunggu kepastian kamar yang akan saya tempati, ketika samar saya mendnegar suami sang ibu berkata kepada perawat yang mengurus bagian administrasi, “saya ingin istri saya seruangan dengan mbak yang duduk di pojok”. Yang ia maksud pasti saya, padahal saat itu saya memakai pakaian suster lengkap dan duduk sambil berdoa Rosario. 

Singkat kata kami akhirnya sekamar, si suami mengurus istrinya dengan sigap karena memang istrinya nampak parah, sedangkan saya masih bisa mengurus diri sendiri, saya masih bisa jalan ke lantai 5 ruang perawatan tanpa harus memakai kursi roda dll. POkoknya saya masih kuatlah. Si bapak makin lama kok makin kepayahan mengurus keperluan istrinya, apalagi sudah cukup umur. 

Maka saya berinisiatif membantu pasangan suami istri ini. Saya membawa beberapa tas kecil milik si ibu yang sakit dan dengan perlahan ikut membantu jawab beberapa pertanyaan perawat karena kelihatan si bapak cukup bingung. Dalam hati saya kasihan melihat si bapak tua, ingin saya baertanya mana anak atau keluarga yang lain tapi tidak tega. Barangkali mereka tidak punya anak dan keluarga. Maka saat itu saya telah bertindak menjadi anak mereka walau sebenarnya saya sendiri sakit.

Ada sebuah pengalaman yang lucu, ketika itu saya mondok di rumah sakit bertepatan dengan hari orang sakit sedunia. Saat itu semua pasien diharapkan untuk turun dari bangsal menuju ke lantai dasar untuk ikut misa bersama bapak Uskup sekalian menerima urapan miyak suci. 

Sebetulnya saya enggan turun secara saya takut bertemu banyak orang yang mungkin saya kenal, karena ketika bertemu orang mereka pasti akan bertanya-tanya ngapaian di rumah sakit dll. Tetapi akhirnya berkat bujukan para perawat saya turun dengan naik lift. 

Dalam lift ketemu banyak panitia yang sibuk mengurus acara misa  dan mereka kebanyakan saya kenal karena mereka rata-rata umat selingkungan dan orangtua murid di sekolah. Mereka kaget dan bilang, loh kenapa suster di sini? Wong orang kalau liburan itu nginap di hotel bukan di ruang rawat inap rumah sakit, hehehhe.

Saya pernah sekamar dengan seorang oma karena penyakit tua, Sejauh yang saya amati, ia amat jarang dikunjungi oleh keluarga, lepas dari itu ia sangat susah tidur kalau malam. Ia senang sekali teriak teriak memanggil perawat, nanti kalau perawat datang ia menyangkal telah memanggil demikian juga ia sangat suka minta dimandiin tapi mintanya jam 12 malam. 

Ketika perawat menolaknya atau memberi alasan sudah malam, di loteng air susah, mesti timba dulu dll, ia menjadi marah dan mengatai-ngatai para perawat, kikir airlah, malaslah dll. Saya yang mendengar suka tertawa ngakak. Kalau pagi dan siang ia tidur, ia mulai berulah kalau sudah malam, tapi kan kasihan teman sekamarnya jadi tak bisa tidur semua.

Ada kisah yang lain lagi, saya pernah diopname di ruang isolasi di sebuah rumah sakit milik swasta di Bandung. Bukan karena mengidap penyakit berbahaya dan menular tapi karena kena cacar air. Kebetulan di sekolah banyak murid saya lagi kena cacar air dan memang lagi musim, barangkali karena kondisi badan saya yang kurang fit akhirnya ikut tertular. Saya benar tidak boleh menerima tamu kunjungan (syukurlah, saya memang seorang yang kalau sakit di rumah sakit tidak pengen dikunjungi), juga makan saya harus cair, maka seminggu di rumah sakit saya hanya diberi makanan segelas cairan, semacam susu yang berprotein tinggi. 

Maka begitu sembuh dan kembali ke rumah, saya lihat bubur dan nasi seperti makanan mewah yang saya makan dengan sekuat tenaga. Orang-orang sampai mengatakan, iya wajarlah dia kan baru sembuh dari sakit.

Pernah saya sekamar dengan seorang pasien suster tua yang tangannya patah karena jatuh. Menurut cerita beliau ia sedang membereskan peralatan makan di dapur ketika itu ia terpeleset lantai sampai mengakibatkan tangannya patah. Beliau tidak bisa berbuat apa-apa, posisi tidurnya begitu terus dari pagi sampai pagi lagi. 

Melihat itu saya merasa ditampar, orang setua dia tidak pernah mengeluh sepatah katapun, sedangkan saya? Begitu tidur miring saya rasa gak enak, maka saya  minta diluruskan dan lain sebagianya. Ketika ada kesempatan berkata-kata ia hanya mengatakan pada saya, ya, mau bagaimana lagi? Saya menikmati saja supaya tidak menambah penyakit. Lalu katanya pada saya, anda masih muda jangan sia-siakan hidupmu dengan menimbun penyakit, masih banyak orang yang membutuhkan uluran tanganmu. Serasa diguyur seember air mendengar nasihatnya. Maka dengan diam saya benrjanji dalam hati untuk secepat mungkin sehat dan untuk selamanya tidak akan sakit lagi.

Menjadi seorang pasien itu sungguh tidak enak, semua tidak bisa dikerjakan sendiri, mandi juga harus dilayani dll. Saya yang biasanya apa-apa sendiri, jalan juga harus cepat, sekaarang harus berbaring tenang dan patuh pada aturan dokter. Selain itu makan tak enak, makanan di rumah sakit mana enaknya? Belum lagi ketika lagi nyenyak tidur, selalu diganggu perawat, entah tensilah, terms badanlah, ukur detak nadi dll. Ah lalu sesudah itu pasien jadi susah tidur lagi. Saat jam bezuk, banyak keluarga dan teman-teman datang memberi perhatian, satu kamar penuh orang karena semua pasien punya hak yang sama untuk dikunjungi

Ingin segera pulang itulah rasa yang pasti dialami oleh setiap pasien, tidur di rumah sakit itu sangat tidak enak, maunya segera pulang, tidur di kamar sendiri, makan yang enak dan lain-lain. Selain itu jangan dikata setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit persoalan menjadi beres, justru di situlah kita ditantang untuk menjaga diri bahwa saya belum sembuh benar, apalagi jika saya pasien pasca operasi. Harus minum obatlah, mesti makan makanan bergizi, taat pada perintah dokter, latihan sana sini dan lain sebagainya.

Ketika ada perasaan sungkan karena telah merepotkan banyak orang maka yang bisa saya lakukan adalah berdoa untuk mereka, meminta rahmat agar Tuhan menganugerahkan kesehatan dan rahmat yang mereka butuhkan. Ketika melihat sesama pasien yang lebih menderita dari saya, ada ucapan syukur bahwa saya masih lebih baik dari mereka. Ketika melihat banyak pasien yang tidak dkunjungi oleh keluarga mereka, kembali saya bersyukur bahwa saya masih dicintai oleh banyak orang. Benar, saya pernah melihat seorang ibu yang ke mana-mana harus menggotong kantong darah untuk menampung darah kotor yang keluar dari bagian tubuhnya.

Peristiwa sakit mesti dimaknai sebagai sebuah kegiatan untuk menarik diri sejenak dari semua hiruk pikuk pekerjaan yang tidak jelas, semua kegiatan yang menguras tenaga untuk duduk diam dan mendengarkan DIA. Tuhan ingin agar saya istirahat sejenak, duduk  diam, membuka hati dan mendengarkan apa perkataanNya. Dan memang benar, ketika sedang menahan sakit, atau ketika tidak bisa istirahat malam karena pengaruh obat atau suasana di rumah sakit, maka yang terjadi adalah berdoa, doa kepada Tuhan dengan perantaraan PuteraNya atau Bunda anakNya. 

DI tengah malam sunyi ketika semua orang tidur dan suasana rumah sakit sepi yang bisa kita lakukan adalah berdoa. Saya banyak berdoa untuk semua orang yang saya janjikan doa, saya banyak merenung tentang sabda dan kebaikan Tuhan, maka saya bersyukur, sakit menjadi sarana Tuhan untuk memupuk rasa suka berdoa.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard