Makan Bareng Bareng

 

Ponaan saya itu banyak, ada sekitar  30 orang, banyak memang, secara kami keluarga besar dan rata-rata setiap keluarga memiliki 2 sampai 3 anak, walau ada yang hanya  1 anak, tapi ada juga yang memiliki anak lebih dari 3. Maka dirata-ratain saja antara 2 sampai 3 orang. Anak-anak ini ketika masih kecil suka kumpul bareng di rumah orangtua saya yang adalah kakek dan nenek mereka.

Saat orang tua masih hidup maka ketika hari raya kami semua mengusahakan diri untuk berkumpul bersama. Tujuannya tiada lain untuk menjalin tali persaudaraan agar semakin erat antar satu dengan lain. Oh ya orangtua saya itu tidak pernah mau dipanggil kakek atau nenek. Jadi panggilannya apa? Ya Mama dan Pak  biasa. Jangankan  Bapak dan Mama, wong kami yang adalah tante-tante  ogah dipanggil lain selain Mama juga. Jadi kebayang dong berapa Mama yang dimiliki oleh anak-anak ini

Maka anak-anak itu mempunyai nama panggilan yang khas untuk kami tante-tantenya bahkan kepada Mama yang seharusnya mereka manggil Nenek. Nama panggilan mama-mama ini disesuaikan dengan nama kota tempat domisili si mama yang bersangkutan. MIsalnya saya tinggal di Bandung maka disapa mama Bandung, atau si mama centil yang lain tinggal di Malang maka disapa Mama Malang. Atau juga panggilan berdasarkan bisa profesi kami. MIsalnya bidan maka dipanggil mama bidan dll

Nah ketika ada acara kumpul bersama maka kadang-kadang  anak2 itu manggilnya acak saja atau random, misalnya ada yang teriak, : Mamaaaaa…. Maka sontak semua Mama yang di situ menjawab. Si anak yang manggil akan bingung sendiri, nah di situ barulah ia diminta penjelasan, kamu manggil Mama siapa?

Hal yang paling menarik dalam acara kumpul keluarga ini adalah makan bersama. Karena jumlah anak yang banyak maka biasanya kami mendahulukan mereka  untuk makan . Sejak dulu saya selalu kebagian menyuapi mereka. Jadi anak-anak itu dikumpulkan dalam satu tempat, biasanya di dekat sumur atau di ruang depan, lalu menyuapi mereka. Nah menyuruh mereka makan ini bukan perkara gampang, mesti mengeluarkan ekstra tenaga. Diantara mereka ada yang suka makan, gembul tapi ada yang susah makan pakai banget. Yang jenis ini mesti dikejar-kejar dulu bahkan dengan mengerahkan pasukan.

Karena anak-anak ini banyak akalnya maka saya harus juga punya stok cerita atau perumpamaan untuk mengajak mereka makan dengan tertib. Salah satu cara yang saya pakai dan sering adalah memberi nama mereka (Anak-anak ini jumlahnya 7 sampai 8 orang) dengan nama ikan. Mengapa nama ikan? Karena mereka sangat mengerti tentang jenis-jenis ikan di laut. Pergaulan mereka dengan para nelayan atau rumah tinggal mereka dekat bibir pantai bahkan pasar membuat mereka hafal nama ikan plus kelakuan jenis-jenis ikan ini. Ikan paus adalah ikan paling gede dan makannya banyak, ikan pahada ( Baronang kalau dalam  bahasa Indonesia) ini adalah ikan yang paling suka makan dan berani, atau ada juga Namanya ikan kebeku adalah jenis ikan yang malas  malas makan. Ada juga ikan merang  jenis ikan teri dengan mulut kecil dan malas-malasan membuka mulutnya.

Nah ketika berkumpul untuk makan,mereka akan saling melihat siapa yang makannya berani, artinya yang lain belum menelan atau makanan habis di mulut, dia udah mangap dan mangap lagi. Biasanya yang suka makan dan mangap terus menerus ini akan dipuji habis-habisan. Lha siapa yang tidak senang dipuji? Tentu saja sambil memuji saya biasanya menjanjikan dengan hadiah lain seperti cerita dongeng. Soalnya banyak diantara mereka yang sangat suka mendengar cerita . Karena itu maka saya jadikan dongeng sebagai salah satu syarat jjika makannya habis. Nah yang makanya pinter ini suka diberi nama Paus atau baronang (Pahada). Yang malas2an makan, susah buka bulut suka dikasih nama ikan teri atau ikan kebeku. Tentu saya yang kedapatan nama 2 ikan yang terakhir akan berusaha supaya nama ikan yang telah mereka semat pergi ketika mereka berubah yang orang yang pinter makan. Bahkan nama ikan yang telah mereka terima itu bisa menjadi bahan olok2an, sehingga dengan cepat me reka berusaha agar nama ikan segera berganti dengan ikan yang berani atau jago makan. Makan untuk ikan di sini lebih pada makan umpan ketika ada acara mincing ikan di laut.

Memberi julukan dengan nama ikan ternyata sangat ampuh, mereka berlomba-lomba untuk mangap, makan secepatnya bahkan bisa nambah berkali kali. Biasanya sih saya pakai 1 piring dan 1 sendok jadi baru satu kali putaran makanan di piring  sudah habis. Bisa terjadi nambah berkali kali sampai 8 atau 9 piring. Menyenangkan bukan?

Nah untuk urusan mandi pun harus pakai taktik. JIka tidak maka kita akan capek sendiri saat memandikan mereka. Mereka akan berlarian sana sini, ganggu satu sama lain, lempar handuk, main air ciprat sana sini. Saya bahkan pernah mengejar salah satu diantara mereka sampai ke rumah tetangga. Jadi mereka  tidak pengen mandi. Nah kalau sudah begini harus mencari bala bantuan, harus ada orang lain yang membantu.

Nah ritual memandikan mereka ini dari awal menyiapkan air dalam ember bak (karena kalau dalam kamar mandi tak bakalan cukup), menyiapkan sabun dan handuk. Untuk handuk ini masing-masng mereka punya tapi seringnya mereka pakai rame-rame beberapa handuk. Jadi ada yang bertugas memandikan dan memberi sabun atau samphoo jika mereka ingin keramas lalu setelah bersih mereka akan pindah ke sebelah untuk handukkan. Di tempat ini sudah ada petugas lain, heheheh. Mereka tidak akan berkutik jika memakai cara ini. Ok mandi selesai,makan pun beres maka tidur.

Saat seperti ini membutuhkan ketrampilan mendongeng yang mumpuni. Sebetulnya tidak usah bingung dengan macam-macam dongeng karena mereka tidak akan protes apapun, seperti cerita ini masuk akal atau tidak, bahkan cerita yang diulang berkali-kalipun tidak masalah. Yang penting adalah mendongeng sebelum tidur.

Seperti biasa anak-anak ini ada yang senang mendengarkan dongeng,ada yang tidak suka dan bikin rusuh selama proses mendongeng. JIka sudah begini maka mereka yang jenis ini harus diungsikan. Tetapi ketika mengungsi mereka pasti akan menangis kejer-kejer, dan pasti akan kembali ke dalam kamar mendongeng. Nah saat itu kita pakai syarat jika mau tidur bersama maka harus diam dan mendengar cerita.

Setelah selesai cerita bukan berarti mereka akan langsung tidur, tentu saja tidak, maka cerita akan dilanjutkan, bahkan saya akan melibatkan mereka sebagai seorang tokoh dalam dongeng. Biasanya mereka akan senang jika terlibat sebagai tokoh yang baik, dia akan amat bersemangat. Oh ya kadangkala mereka juga terlibat sebagai pendongeng yang diatur secara bergiliran (Khusus yang ini hanya mereka yang suka bercerita. Yang bertugas akan meyiapkan diri dengan baik dan bercerita dengan kata-kata yang runut dan dapat dimengerti. Setelah selesai semuanya mereka tidur barulah saya bisa bernapas lega dan ikut tidur dengan mereka.

Sekarang mereka sudah pada besar-besar, sudah menjadi pemuda yang ganteng dan gadis-gadis cantik. Mereka mereka dibagi dalam beberapa kelompok. Yang paling besar itu sudah pada menikah, lalu dibawahnya sudah menjadi karyawan kantor alias sudah bekerja. Di bawahnya lagi masih kuliah, SMA, lalu lebih kecil lagi ada group remaja dan anak-anak. Polah tingkah mereka masih sama jika kami berkumpul. Tetapi sebagai orang yang menyaksikan pertumbuhan mereka dari masa ke masa (selain orangtua mereka tentunya), ada kebanggaan tersendiri ketika melihat mereka mampu berkembang dalam komunikasi, tanggung jawab, ketekunan, kejujuran dan lain sebagainya.

Semoga nilai-nilai kebaikan yang mereka terima dalam pola asuh orangtua bisa mereka terapkan kembali di dalam keluarga dan anak-anak mereka kelak.


















 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard