Pintu

Rumah kami  punya banyak pintu, banyakkk sekali baik itu pintu besar maupun pintu kecil. Pintu kamar, pintu ruang-ruang lain, dan dijamin jika ada pencuri masuk rumah kami tidak bakal keluar lagi, si pencuri bakal tersesat, pasti!!!

Kalau hari Sabtu biasanya ada misa di kapel kami di dalam rumah, romo yang datang harus dijemput di pintu gerbang karena kalau dibiarkan sendiri masuk maka bisa dipastikan beliau tersesat, begitu juga jika ada tamu orang asing datang ke rumah, kami mesti jemput di halaman depan.

Tentang pintu ini ada beberapa cerita lucu tapi menarik. Pernah dalam suatu perjalanan ke Jakarta, transit di bandara Juanda Surabaya. Kami berempat suster Ursulin muda, saya, Sr Vero, Sr Atty, Sr Eni  bertemu seorang ibu tua di bandara el Tari Kupang.

Sang ibu tua ini hendak berangkat ke Jakarta seorang diri. Ia dianter oleh anaknya, dan kami bertemu di pintu masuk. Sang anak melihat kami rombongan berempat lalu ia minta tolong dan menitipkan ibunya pada kami. Karena kami satu tujuan dan nomor fligth yang sama maka dengan senang hati kami menerima titipan ini. Ketika pesawat transit di Juanda Surabaya, kami dipersilahkan turun dari pesawat karena pesawat mau dibersihkan sambil menunggu penumpang lain yang mau ke Jakarta. Sang ibu tua kami bawa bersama menunggu di gate 2.

Sebetulnya kami ber 4 masing-masing memegang tiket dan kami juga mendengar kalau kami para penumpang diminta menunggu di gate 6. Entah mengapa kami berjalan ke gate 2 dan menunggu sambil membeli minuman. Rasanya kok lama kami tidak mendengar pengumuman bahwa pesawat akan berangkat kembali padahal perasaan tadi pramugari cuman mengatakan hanya sebentar transit di Surabaya. Eh tidak lama kemudian kami mendengar pengumuman kencang, nama kami disebut- sebut juga nama si ibu tua dan diminta untuk segera naik pesawat melalui gate 6. Wah kami berpandangan dan dengan terkejut menyadari bahwa kami berada di pintu 2 yang jauhnya minta ampun. Tanpa aba-aba kami berlari kencang menuju gate 6. Sang ibu tua juga harus berlari, Seorang teman Atty merasa kasihan pada ibu tua lalu ia berkehendak baik untuk menggandeng tangan si ibu sambil berlari. Sedangkan kami bertiga sudah lari kencang takut ditinggal pesawat. Seperti yang kita tau kalau di bandara banyak pintu kaca yang kalau tidak hati-hati bisa nabrak. Nah si Atty sambil menggandeng ibu tua ( Sang ibu memakai kain khas NTT dan sandal dengan tumit rada tinggi) tiba-tiba brakkk, kami mendengar bunyi tabrakan, sekilas kami menoleh dan melihat kalau Si Atty dan ibu yang ia gandeng tengah memegang kepala mereka sambil meringis, hehehhe... Bukannya kami berbelas kasih malah kami bertiga ketawa ngakak dan sambil berucap, “ astaga Atty” tapi sambil terus berlari.

Sampai di pintu pesawat, si nona pramugari menatap kami yang lagi ngos-ngosan dengan tatapan iba dan mempersilahkan kami masuk pesawat. Sebetulnya gak enak juga sih, semua mata di pesawat memandang kami, tatapan multi arti. Ada yang iba, menaham senyum tapi ada juga yang rada melotot, ah biarin saja, dan dengan menahan malu saya berkata , maaf...maafkan kami, entah pada dengar atau tidak para penumpang itu. Begitu kami duduk pesawat langsung take off. Barulah setelah beberapa saat kami saling bertanya tentang kondisi jidat yang nabrak pintu kaca, syukurlah dahi mereka tidak bertambah lebar dan masih dalam keadaan normal. Hehehe.... sekali lgi kita mesti fokus pada pintu, pintu di mana kita masuk maupun pintu mana yang akan kita pakai untuk keluar.

Cerita lain masih mengenai pintu, dalam suatu perjalanan ke Eropa, kami rombongan naik kereta cepat dari Lourdes menuju Paris. Kami hendak kembali ke Paris setelah seminggu mengadakan ziarah di Lourdes. Seperti biasa kereta api cepat di Eropa, pintunya terbuat dari kaca tembus pandang dan kalau tidak hati-hati maka bisa nabrak.

Teman saya namanya Atty (lagi-lagi dia) entah karena tergesa-gesa atau karena tidak menyadari kalau kaca di depan mata dia itu pintu maka ia main langsung terobos saja. Maka sukses besar dengan meninggalkan bunyi brukk, semua mata menoleh juga dengan pramugari kereta, seorang cowok dengan paras manis, menahan ketawa tapi mulutnya berucap penuh perhatian “ hati-hati Suster”. Saya bisa mengerti mengapa teman saya ini bisa tabrak pintu, karena waktu ini kami sangat terburu-buru, stasiun LOurdes itu stasiun kecil dan kereta api tidak berhenti lama. Karena takut ketinggalan kereta maka kami main naik saja di gerbong terdekat dengan pemikiran nanti sampai dalam kereta baru mencari nomor gerbong sesuai nomor tiket, dan memang begitu di mana-mana juga berlaku demikian. Karena gerbong kami jauh di belakang dan sambil membawa tas kami yang besar maka peristiwa tabrak kaca ini bisa terjadi. Hehehe.. sekali lagi mesti fokus untuk masuk pintu supaya tidak tersesat.

Di atas segalanya, ada satu pintu utama yang tidak akan membuat kita tersesat di manapun kita berada, ke mana pun kita pergi. Jika melalui pintu itu maka kita pasti selamat. YESUS adalah PINTU  satu-satunya, IA mengatakan ketuklah maka pintu akan terbuka bagimu, mintalah maka kamu akan diberi. Mari kita berbondong-bondong berjuang masuk melalui pintu sempit yang disediakan oleh Tuhan Yesus bagi kita. Bagaimana caranya? Berdoa terus menerus  dan hidup sadar akan karya dan kasih Tuhan yang tak berhenti atas diri kita. #Menikmati hari libur long week end*

 




Komentar

Unknown mengatakan…
Klo kami di mmre,su ada koperasi Pintu Air😄slmt brahkir pekan Bunda
Anonim mengatakan…
Terima kasih untuk pesan diakhir tulisan suster ini.😍😍 ini sangat berarti mama suster😘😘salam manis dari kupang untuk suster dan semuanya. Tuhan memberkati suster selalu dalam tugas dan panggilan suster😇😍🙏
Herlina mengatakan…
Hehhehehe
Trims sudah membaca
Salam ke Kupang
Salam ke pintu air yang banyak duit di Maumere
Pintu apa yang banyak duitnya?

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard