Cerita Kepada Kawan


Tinggal dan besar di desa kecil membuat saya mempunyai banyak teman. Hampir seluruh isi desa saya kenal demikian juga keluarga dan anak-anak mereka. Ketika masih kecil saya bersekolah di sebuah sekolah swasta satu-satunya dan sekolah Katolik milik keuskupan. Karena merupakan sekolah Katolik satu2nya maka, hampir pasti banyak keluarga Katolik mempercayakan anak-anak mereka ke sekolah ini. Saya masih ingat bapak kepala sekolah, orangnya pintar dan baik. Ia mengenal semua anaknya, ia tahu mana anak yang benar pandai dan mana anak yang nilainya baik di saat-saat tertentu saja. 

Rumah bapak kepala sekolah ini berada dalam kompleks sekolah, istrinya baik sekali dan halus perangainya. Kami memanggilnya ibu kepala (kebiasan dikampung orang tidak memanggil nama tapi memanggil sesuai jabatan yang ia emban. Misalnya ia kepala sekoah maka dipanggil bapak kepala, kalau ia polwan maka dipanggil ibu polisi dan sebagianya. 

Kembali ke ibu kepala, beliau ini suka sekali meminta tolong pada saya untuk kepasar berbelanja, mungkin karena rumah saya dekat sekali dengan pasar bahkan bisa dikatakan sekomplek dengan pasar atau bisa juga karena beliau melihatku sebagai anak baik yang suka menolong (hehhee… saya mengingat  peristiwa ini  dengan baik kalau saya rela membantunya dengan ikhlas hati, terakhir ini memang benar ). 

Nah beliau telah menulis di atas selembar kertas kecil catatan belanja. Sebetulnya jarak sekolah dengan pasar jauh tapi saya mau membantu belaiu dengan tulus maka tidak menjadi sebuah beban untuk saya. Biasanya si ibu meminta saya belanja di siang hari setelah pulang sekolah. Sampai di rumah tanpa ingat makan, saya akan ke pasar berbelanja lalu menghantar belanjaan itu kembali ke sekolah dan setelah itu baru saya makan siang, aneh kalau saya mengingat-ingat peristiwa itu. 

Saya juga pernah memiliki guru-guru yang baik dan penuh dedikasi. Mereka mengajar dengan tulus dan penuh pengorbanan, mereka mau menolong anak-anak kampung yang sederhana. Selain pak kepala sekolah, ada juga namanya Pak Dan. Beliau ini guru matematika dan menurut saya rada galak dan menakutkan. Sebetulnya bukan gurunya yang menakutkan tapi karema mata pelajaran yang ia ajarkan sangat tidak saya sukai. Tapi beberapa temanku yang pintar matematika seperti Evy, Sonny, Iwan atau Anton, mereka sangat senang dengan Pak Daniel ini, sedangkan saya ah biasa saja bahkan terkesan saya tidak suka pada beliau, heheheh… maaf Pak Dan. 

Ada lagi namanya Pak Rafael, beliau ini sangat pintar menggambar dan menyanyi, mengajar juga sangat bagus. Semua kami mencintai beliau. Maka tidak heran mata pelajaran yang ia asuh yakni IPA dan seni, selalu mendapat nilai yang menonjol. Tapi satu hal yang hampir kami semua tidak sukai dari Pak Rafael ini adalah beliau kalau mengajar kami menyanyi, ah sangat lama dan membuat capek. Saya punya pengalaman sedih dengan beliau, saya ini kan orangnya pemalu, tidak bisa menyanyi di depan umum, suara saya pasti bergetar hebat. 

Getarnya bukan karena vibrasi tapi karena saya takut luar biasa. Beliau ini tanpa ampun malah memnita saya untuk menjadi dirigen sebuah paduan suara yang harus tampil di panggung atau di gereja saya lupa. Beliau test beberapa orang dari antara kami dan menurutnya, sayalah yang paling sesuai gerak tangan ketika memimpin teman-teman saya bernyanyi. Padhal menurut saya ada teman saya yang namanya Evy, ia sangat pinter bernyanyi dan suaranya bagus lagi, tapi tidak kepilih.  Ya begitulah menurut beliau kami semua mempunyai kelebihan masing-masing. Guru saya yang lainnya namanya Pak Nama (entah kenapa ya namanya kok NAma ya) Beliau tidak memilik anak maka dia sangat sayang pada kami semua. Wkatu itu beliau menjadi guru kelas satu dan nampaknya ia dan istrinya amat sayang pada saya. 

Saya yakin karena mungkin saya anak baik di kelas dan tidak pernah nakal. Beliau suka member nilai baik pada saya, khusus untuk latihan Imlah yang kalau sekarang di sebut dikte, saya sering kali menulis kata dengan kurang huruf belakang, misalnya kata “sekolah” saya menulisnya “sekola” atau kata makan saya menulisnya “maka”. Beliau tidak pernah mencoret hasil kerja saya tapi malah beliau menambah kata terakhir dengan menggunakan tinta ballpoint warna merah dan hasil kerja saya tidak ia salahkan, sehingga mendapat nilai tinggi. 

Padahal untuk kesalahan yang sama teman-teman saya yang lain, beliau mencoretnya dan member nilai kurang pada mereka. Teman-teman saya suka protes, tapi saya diam saja. Sebetulnya salam hati kecil, saya juga tidak ingin diistimewakan, kalau salah ya dicoret saja tidak apa-apa, tapi saya tidak punya keberanian untuk mengatakan kepada wali kelas. 

Ada juga ibu guru kami yang baik dan suaranya kencang namanya Ibu Agnes, beliau ini sebetulnya ramah tapi kadang-kadang suaranya melengking tinggi jika anak-anak di kelasnya tidak bisa menjawab atau sulit mengerjakan sebuah soal. Beliau  mengajar Bahasa Indonsia dan PKK. Ah ibu Agnes yang manis ini sekarang entah di mana beliau berada.

Teman-teman saya banyak dan mereka pintar-pintar. Saya akan bercerita tentang beberapa teman saya yang dekat dan kami suka berkompetisi secara sehat. Namanya Evy, nama depannya pakai Christina. Ia cantik, baik hati dan pinter. Saya sangat suka jika melihat rambutnya. Ia memiliki rambut panjang, tebal, hitam dan selalu berkilau-kilau. Kalau menurut saya sih rambutnya cocok jadi iklan shampo. Dia suka mengeluh kalau rambutnya berat sehingga hampir pasti ia tidak bisa kalau keramas rambut sendirian, ia memerlukan bantuan orang lain dalam hal ini mama atau para asisten di rumahnya. Antara kami kawan suka mmanggilnya cece Evy. Para asisten di rumahnya bertugas antara lain membantu di rumah juga sekalian membantu di toko. Orangtuanya membuka toko kelontong di deretan pertokoan di kota kecil kami. Bermacam-macam barang yang dijual di situ, entah itu barang kelontongan sampai dengan es puter,  bahkan ada juga pakaian dan sepatu (yang terakhir ini saya bisa salah). Ayahnya juga seorang pengusaha kapal. Mereka memiliki beberapa armada penyeberangan dengan banyak karyawan. Evy adalah anak pandai, cara belajarnya menghafal, sama seperti saya juga, kelihatan dia paling menonjol di bidang IPA. Nah dia pernah dikirim oleh sekolah untuk mengikuti lomba bidang studi IPA di kabupaten. Kami 5 orang dengan spesialisasi masing-masing. 

Ada yang namanya Sonny, dia sangat pinter matematika sehingga selalu mewakili sekolah untuk bidang matematika dan ada juga beberapa teman lain. Pernah kami ikut lomba di kabupaten dan tinggal di rumah saudaranya pak kepala di daerah Batumea dekat istana keuskupan Larantuka. Malam hari kami isi dengan belajar sambil tanya jawab dan kami saling mengisi kekurangan masing-masing untuk pembahasan pelajaran. Nah si Evy ini malam-malam kok panas badan dan tidak turun-turun, terpaksa pak kepala memberi kabar kepada orangtuanya, waktu itu belum ada handphone, ada juga telpon rumah biasa tapi  tidak semua rumah memiliki telpon kabel. Evy dan keluarganya memiliki jaraingan telpon di rumahnya, maka malam itu kami berhasil menghubungi keluarganya, tapi rupanya suhu badan yang tinggi karena kangen dengan rumah dan orangtuanya. Evy juga pandai menyanyi, seringkali kami mengisi waktu kosong di kelas dengan bernyanyi, kami suka mengulung-gulung kertas untuk dijadikan corong. Lalu corong itu didekatkanke telinga teman yang lain lalu mulailah ia bernyanyi, artinya kan suara dia tidak kedengaran sama orang lain kecuali sama orang yang telinganya dipasang corong kertas itu. 

Oh ya kalau hari hujan dan kami masih berada di sekolah maka Evy suka dijemput oleh karyawan orangtuanya dengan membawa payung, dan biasanya ia membagi payung itu juga untuk saya, begitulah persahabatan kami yang kami pupuk sejak kecil. Kami sering belajar bersama, bahkan sampai menginap di rumahnya segala. Kalau kami berdua sudah belajar, rasanya deg-deg an kalau salah seorang dari kami belajarnya sudah banyak, kami takut ketinggalan dalam belajar. Sampai sekarang kami masih berteman dengan baik, kalau kebetulan saya ke Surabaya maka ia akan dengan senang hati menjemput di bandara dan kami akan keliling-keliling dulu, makan, ketawa ketawa, cerita mulai dari yang ringan sampai yang berat lalu bubaran. 

Oh satu hal yang saya catat dari teman saya ini, dia orangnya kurang cepat hafal jalan, maka hampir pasti jika menjadi sopir akan tersesat atau salah jalan, hehehe.. Satu hal yang saya lupa ceritakan adalah ia sangat terbuka dengan orangtuanya. Orangtuanya sangat mengenal kami teman-temannya, itu artinya ia selalu bercerita semua kegiatannya di sekolah. Setelah kami menjadi besar dan melanjutkan sekolah di kota lain, kami tetap menjadi relasi dengan saling mengirim surat dan itu intens, sampai-sampai saya hafal alamat rumahnya di Makasar ( karena dia melanjutkan sekolah menengah atasnya di Makasar). Evy salah seorang teman yang baik, saya senang memiliki teman seperti dia, ia sederhana, tulus dan tidak macam-macam. Sehat terus ya teman dan bahagia selalu, jangan lupa menyertakan Tuhan dalam setiap persoalan hidupmu.

Kawan saya yang lain namanya Iwan, Sonny, Parkatus Lamak, Hil Lamatokan, Neli, Heliana, Anton, Prekonia dan Donatus yang kami panggil Om Beda (Beda itu nama belakang ayahnya, sstttt,,,, jangan keras- keras kalau memanggil dia ya. Selain itu ada beberapa teman lain yang juga adalah kawan seperjuangan yang menyenangkan. Mereka memiliki kelebihan tersendiri, selain pinter mereka semua ini baik dan sangat pengertian, yang cowok-cowok memang suka mengganggu anak perempuan tapi memang begitu kan kodrat anak laki-laki, mereka tidak senang jika teman-temannya anak perempuan duduk diam dan belajar. 

Salah satu keistimewaan teman saya yang namanya Sonny ini adalah ia sangat senang mengganggu temannya, maksudnya bercanda tapi kadang kebablasan, walau demikian ia akan cepat minta maaf dengan tulus. 

Iwan teman saya lain lagi, dia sering dipilih jadi ketua kelas dan bahkan pernah jadi ketua OSIS waktu kami duduk di bangku SMP, menurut saya sih karena ayahnya Iwan ini kan salah satu guru kami, maka kayaknya si Iwan jadi ketua OSIS karena kami sungkan dengan ayahnya yang adalah guru agama kami, jika kami tidak memilih dia, hehehhe….

Satu lagi kawan saya namanya Anton, kami suka memanggilnya An, tapi selalu membuat tambahan nama ayahnya di belakang nama Anton, kadang ia dengan senyum tapi tak kurang-kurang si Anton ini melotot, hhehehe..egp lah, emang gue pikirin, biarin aja saya akan terus memanggilnya demikian. 

Semoga kawan-kawan baik dengan keluarga, diberi rejeki yang cukup sama Tuhan dan dijauhkan dari segala marabaya Diatas segalanya semoga kehidupan keluarga kawan-kawan saya ini rukun dan senantiasa mendapat berkat dari Tuhan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tours' dan Marie Incarnasi

Gadis KEcil Dari Desa

Mereka Datang Dari Sittard